Li Zheng mendekati Jin Li di atap. Jin Li bertanya apakah Li Zheng sekarang berkencan dengan Shao Xi. Dia mengangguk. Li Zheng kemudian bertanya apakah dia merekam Bai Bai untuk menghapus kesalahpahaman antara dia dan Shao Xi. Jin Li membenarkan hal ini. Li Zheng menggodanya karena kepeduliannya tapi kemudian, mengucapkan terima kasih padanya. Jin Li memintanya untuk memperlakukan Shao Xi dengan baik. Dia menyatakan bahwa pengunduran dirinya bukan karena dia tidak peduli lagi tapi itu karena dia ingin Shao Xi bahagia. Li Zheng menegaskan bahwa dia pasti akan demikian tanpa peringatan Jin Li. Shao Xi kemudian datang dan Li Zheng memanggilnya saat dia tampak ingin melarikan diri. Dia mendorongnya untuk berbicara dengan Jin Li dan pergi meninggalkan mereka.
Shao Xi maju berhati-hati dan Jin Li lihat itu. Dia menggodanya untuk meringankan suasana dan kemudian, Shao Xi mengungkapkan permintaan maafnya. Jin Li berkata bahwa itu tidak perlu. Dia mengaku kalau dia tidak bahagia tapi dia merasa telah membuat keputusan yang tepat karena dia lebih suka melihat senyumannya daripada tangisannya. Kedua teman ini sepakat untuk melanjutkan persahabatan mereka. Ya... Ini memang persahabatan yang patut diirikan.
Sudah pagi. Alarm Li Zheng dan Shao Xi berbunyi dan para penonton bisa menyaksikan perbedaan mencolok di rutinitas pagi kedua karakter ini. Kebiasaan Li Zheng adalah tenang dan disiplin dan Shao Xi, diwarnai dengan tawa, gerutuan, dan pakaian yang terbalik. Di narasi, Shao Xi berkomentar bahwa Li Zheng lah yang mengajak mereka berjalan pagi ke sekolah bersama dan bahkan mencarinya waktu senggang. Shao Xi bergegas keluar untuk menemui Li Zheng yang sudah menunggu di luar gerbang. Dia meminta maaf atas keterlambatannya dan Li Zheng menerimanya dengan mudah menyatakan bahwa dia sudah terbiasa dengan hal itu. Senang sekali melihat keduanya telah mengembangkan rutinitas pasangan yang memuaskan.
Cuaca semakin dingin dan Shao Xi memerhatikannya. Dia terlihat mencengkeram jaketnya erat-erat dan Li Zheng meraih tangannya untuk memasukkannya ke dalam sakunya. Shao Xi menemukan sebuah pemanas tangan dan menggodanya karena tertangkap kedinginan. Li Zheng lalu menyatakan bahwa dia mempersiapkannya khusus untuk Shao Xi. Shao Xi tertegun tapi kemudian pulih dan bergegas memeluknya dengan bahagia. Shao Xi memperhatikan semua yang Li Zheng lakukan untuk memperlihatkan perasaanya. Kedua kekasih itu sedang berbincang-bincang saat mereka berpapasan dengan Bai Bai di tangga sekolah. Shao Xi dengan canggung melepas tangannya dari saku Li Zheng. Li Zheng tidak menyukai itu dan langsung, meraih kembali tangannya dan mengembalikannya ke sakunya seperti semula. Wah, tepuk tangan! Li Zheng adalah kekasih idaman. Benar begitu! Memang tidak perlu meminta maaf atau menyembunyikan kasih sayang mereka.
Shao Xi berbaring di tempat tidurnya dan menulis di buku hariannya. Dia bertekad untuk bekerja lebih keras dari sebelumnya agar Li Zheng bahagia dan tidak menyesal telah memilihnya. Hmmm... aku mendukung Shao Xi yang ingin bekerja lebih keras tapi duh, seharusnya bekerja lebih keras untuk diri sendiri! Apa yang terjadi pada Shao Xi yang keren dan independen? Tarik napas panjang... Shao Xi menyusun beberapa aktivitas yang ingin dia lalui dengan Li Zheng. Ini termasuk berpegangan tangan, pergi ke pantai, berpiknik, dan merayakan hari ulang tahunnya. Dia juga mengganti nama Li Zheng di teleponnya menjadi "Shao Xi Li Zheng Aku Cinta Padamu". Ini adalah judul Mandarin drama ini.
Shao Xi, Ru Ping, dan Xiao Ciao berkumpul bersama di dapur. Shao Xi sedang memanggang kue ulang tahun untuk Li Zheng. Ru Ping dan Xiao Ciao mengolok-olok keterampilan memanggangnya dan merasa kue yang dibeli di toko akan lebih baik. Gadis-gadis itu kemudian berbincang tentang cerita baru Ru Ping yang terinspirasi dari hubungan Shao Xi dan Li Zheng. Xiao Ciao merekomendasikan agar Ru Ping menambahkan karakter wanita sekunder bernama Angelina untuk merawat dan menghibur Jing Li. Hahaha ... Ini adegan tambahan yang seharusnya tidak lulus proses pengeditan.
Li Zheng pulang ke rumah yang gelap. Dia menyalakan lampu dan disambut oleh kejutan Shao Xi dan teman-temannya yang memberikan selamat. Dia tersenyum bahagia tetapi berubah raut muka saat melihat panci panas di tengah meja. Hahaha... Untuk orang yang anti kotor seperti Li Zheng, memang sudah pasti rebusan hotpot adalah yang terakhir yang ingin dia santap. Jin Li harus memperburuk keadaan dan memerinci kalau hadiah untuknya adalah memastikan Li Zheng menghabiskan setiap tetes terakhir sup yang telah diisi dengan air liur setiap orang. Hahaha... Ewwww ... Shao Xi lalu datang untuk menyelamatkannya. Dia meraup semangkuk besar makanan di awal agar Li Zheng bisa makan dengan nyaman. Jin Li melirik interaksi mereka yang mesra dan tampak cemburu. Xiao Ciao memperhatikan ini dan mengambil sepotong daging untuk menghibur Jin Li. Xiao Yu melihat keduanya dan berniat melakukan hal yang sama pada Ru Ping. Sayangnya, dia tersandung dan hampir menyiram Ru Ping dengan sup panas. Hahaha…
Shao Xi dan Li Zheng mencuci piring bersama-sama setelah pesta sementara teman-teman lainnya di ruang tamu bermain kartu. Li Zheng mengucapkan terima kasih. Shao Xi dengan malu-malu menjelaskan bahwa sebagai kekasihnya, sudah sepantasnya dia merencanakan perayaan tersebut. Li Zheng menekankan bahwa dia bahagia karena sebagai kekasihnya, Shao Xi telah merencanakan segalanya. Mereka kemudian mengusap beberapa busa sabun pada satu sama lain dan bercanda mesra. Jin Li kembali melihat seluruh interaksi mereka dan merasa tidak nyaman. Dia berpamit untuk menenangkan diri.
Xiao Ciao naik ke atas untuk mencari Jin Li. Jin Li bertanya apa yang sedang dilakukannya. Xiao Ciao mengakui bahwa dia ingin menemaninya karena suka padanya. Dia kemudian menciumnya. Ciuman ini terlihat oleh semua yang kebetulan juga naik ke atas. Agak terlalu kebetulan memang. Bagaimanapun juga, empat lainnya menghentikan ciuman itu dan secara efektif menghancurkan momen itu. Jin Li melarikan diri dan Xiao Ciao juga, akhirnya. Shao Xi melihat betapa terpukulnya Xiao Ciao saat melarikan diri dan bergegas mengikutinya. Shao Xi ingin menghiburnya tapi Xiao Ciao menyuruhnya untuk membiarkan saja. Dia mengaku kalau dia kesal karena Jin Li terus menyukai Shao Xi meskipun bertolak belakang. Xiao Ciao juga marah karena sebagai sahabat baiknya Shao Xi, dia juga tidak bisa marah padanya. Jadi dia memohon agar Shao Xi membiarkannya pergi. Tarik napas dalam...
Jin Li sedang bermain basket untuk menenangkan hatinya. Li Zheng datang menantangnya. Li Zheng menasihati Jin Li untuk memperjelas masalah dengan Xiao Ciao supaya dia tidak salah paham karena Jin Li langsung melarikan diri setelah mereka berciuman. Dari percakapan ini, sepertinya Li Zheng mulai sadar kalau Jin Li mulai suka pada Xiao Ciao. Jin Li bertanya kepada Li Zheng mengapa dia datang dan dia mengakui kalau dia datang karena dia tahu Shao Xi ingin seseorang menemaninya saat ini. Shao Xi tidak bisa datang jadi Li Zheng lah yang menggantikannya. Jin Li menghargai solidaritasnya dan kedua anak laki-laki itu dengan gembira bermain bersama. Shao Xi datang sebentar untuk mengintip dan tersenyum melihat interaksi mereka.
Shao Xi mengetuk pintu kamar Li Zheng untuk membawakan kue ulang tahun. Li Zheng membuat sebuah permohonan dan meniup lilinnya. Shao Xi marah padanya karena dia seharusnya mengutarakan satu dari tiga permohonannya supaya terkabul. Li Zheng mengklaim bahwa ketiga keinginannya adalah sama: agar dirinya selalu bersama dengan Shao Xi. Shao Xi memberikan hadiahnya: sebuah kamera Polaroid. Dia merasa kalau sepertinya Li Zheng setuju dengan Papa Zhong kalau foto perlu dicetak dan dia ingin memberi kamera ini sehingga mereka bisa menciptakan lebih banyak kenangan bersama. Li Zheng berterimakasih dan kemudian dia juga, memberikan hadiah untuk Shao Xi. Li Zheng menyerahkan sebuah kotak. Shao Xi membuka dan melihat hadiah kalung. Dia tampak bingung. Dia menyangka kalau kalung itu sudah diberikan pada Bai Bai. Li Zheng dan Shao Xi menyelesaikan kesalahpahaman mereka dan Li Zheng mengajukan diri untuk memasangkan kalung di lehernya. Li Zheng bermaksud mencium Shao Xi tapi secara tidak sengaja menabrak giginya. Tapi dia tidak terhalangi, Li Zheng mencoba untuk kedua kalinya dan kali ini, dia sukses. Kedua kekasih itu dengan lembut berciuman. Wah adegan yang sangat manis...
Di kelas, Shao Xi menerima teks dari Ru Ping mengingatkannya bahwa ada reuni kelas siang itu. Shao Xi setuju untuk hadir. Dia kemudian melihat Xiao Ciao. Dia ingin menyapanya tapi teringat kata-katanya yang mendesaknya untuk dibiarkan sendiri. Jin Li datang ke kelas. Seseorang berasumsi kalau dia datang untuk Shao Xi tapi dia mengoreksi dan mengatakan bahwa dia datang untuk Xiao Ciao. Xiao Ciao dan Jin Li duduk saling berhadapan di bangku taman. Dia memberikan salinan panduan ujian yang diturunkan dari berbagai senior dari jurusan mereka. Xiao Ciao mengira kalau itu adalah untuk Shao Xi dan bertanya mengapa dia tidak memberikan padanya sendiri. Jin Li dengan putus asa mengoreksinya dan menjelaskan bahwa salinan ini adalah untuknya. Dia kemudian mulai meminta maaf karena langsung meninggalkannya setelah ciuman. Dia jelaskan kalau pikirannya berantakan saat itu dan dia berterima kasih karena Xiao Ciao telah menemaninya. Namun dia tekankan bahwa dia sudah berbeda dengan Jin Li yang lalu. Dia tidak lagi akan mempergunakan Xiao Ciao dan memulai sesuatu dengannya hanya karena ingin menghibur diri. Jadi dia mendesak agar Xiao Ciao melupakan ciuman mereka.
Xiao Ciao mengatakan kalau memang adalah urusan Jin Li siapa yang dia sukai. Tapi siapa yang dirinya, Xiao Ciao, idamkan adalah urusannya. Dia menekankan kalau ciumannya mungkin tidak sempurna tapi berada di tingkatan yang menakjubkan. Dia kemudian meraih kerahnya dan menciumnya lagi. Xiao Ciao memperingatkannya supaya tidak melupakan ciumannya begitu saja. Dan jika di masa depan, dia tidak lupa, Xiao Ciao akan mengingatkannya lagi. Setelah mengatakan itu semua, dia pergi. Memang gadis ini keren! Dia melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan Shao Xi dari dulu pada Li Zheng. Jin Li tertegun tapi kemudian, dia tersenyum lembut sambil menyentuh bibirnya.
Ru Ping menghibur teman-teman SMA-nya di kafe dengan cerita hubungan Li Zheng, Shao Xi, dan Jin Li. Shao Xi masuk dan segera menutup mulutnya. Tapi teman mereka benar-benar bertanya apakah Shao Xi benar-benar menjalin hubungan dengan Li Zheng. Dia mengakuinya dan Da Mao masuk tepat saat dia menjelaskan hubungannya. Teman-temannya terus melemparkan pertanyaan tentang Li Zheng pada Shao Xi. Shao Xi berkata kalau Li Zheng adalah sempurna dan tidak memiliki poin lemah. Hahaha… Tersipu aku mendengarnya. Da Mao tetapi langsung memotong dan berkata kalau Li Zheng adalah seorang psiko. Pertengkaran antara Shao Xi dan Da Mao terjadi. Da Mao bersikeras bahwa jika Shao Xi tahu yang sebenarnya, dia tidak akan lama berkencan dengannya. Ru Ping membela Shao Xi dan Li Zheng dan menyuruh Da Mao pergi jika dia tidak sudi bersenang-senang bersama. Da Mao dengan kasar mendorong Ru Ping dan Xiao Yu meninju Da Mao. Xiao Yu memperingatkan Da Mao dan menarik Ru Ping pergi. Masih berdiri di tengah kafe, Da Mao terus menanam benih keraguan pada Shao Xi. Dia menantangnya untuk bertanya kepada Li Zheng bagaimana dia memaksa Da Mao untuk mentransfer sekolah.
Xiao Yu menyeret Ru Ping jauh dari cafe. Ru Ping akhirnya berhenti dan bertanya berapa lama lagi dia akan membawanya pergi jauh. Xiao Yu pada awalnya, melepaskan genggamannya tapi kemudian, dia meraih tangannya lagi dan bertanya apakah mereka bisa terus berpegangan tangan. Keduanya berhasil membuat kemajuan dalam hubungan mereka. Mereka memutuskan untuk menonton film bersama dan Xiao Yu berjanji akan membawanya pulang dengan selamat dan sehat. Di lain tempat, Shao Xi merenungkan kata-kata Da Mao di tepi sungai; apakah ada kebenaran dalam pernyataannya. Duh... kenapa ragu lagi sih? Dia bertanya apakah harus ditanyakan tapi bagaimana caranya karena itu adalah cerita lama. Jadi rupanya, hanya satu kata dari si pengganggu sudah cukup untuk menimbulkan keraguan pada Shao Xi. Terkadang aku benar-benar benci betapa plin-plan-nya Shao Xi.
Shao Xi sedang dalam perjalanan pulang saat melihat salah satu gadis Jin Pai, Shan Shan, diganggu oleh dua anak laki-laki. Para pengganggu menyusir Shao Xi. Shao Xi menolak dan langsung diserang. Kedua pengganggu akhirnya ditaklukkan dan melarikan diri. Bai Bai melihat dan merekam seluruh perkelahian. Tarik napas dalam... Kenapa Bai Bai tidak memanggil bantuan ataupun polisi? Aneh sekali deh kelakuannya. Shao Xi dan Shan Shan pergi ke kafe. Dia menjelaskan kalau salah satu pengganggu itu adalah pacarnya. Dia dulu baik tetapi satu hari, dia mulai meminta uang dan selingkuh dengan cewek lain. Dia merasa pastinya Shao Xi senang karena ini adalah retribusi atas perbuatan buruknya. Namun, Shao Xi menjawab kalau keduanya adalah hal yang berbeda. Shao Xi akhirnya sadar kalau Shan Shan sedih karena jauh di lubuk hatinya, dia masih sangat menyukai pacarnya, si pengganggu. Ketahuan, Shan Shan mulai terisak-isak. Kedua gadis itu akhirnya berpisah. Shan Shan membuat Shao Xi berjanji bahwa dia tidak akan memberi tahu gadis Jin Pai lainnya apa yang terjadi. Sepertinya gadis ini akan membantu Shao Xi dalam waktu dekat.
Shao Xi pulang kelelahan dan langsung berbaring di tempat tidurnya. Li Zheng masuk dan bertanya apakah dia ingin makan. Dia menawarkan diri untuk membeli sesuatu. Namun, Shao Xi menjawab kalau dia tidak ingin apa-apa dan hanya ingin tidur. Li Zheng merapihkan buku hariannya yang berantakan dan tentu saja, melihat 10 daftar hal yang ingin dia alami bersamanya. Duh... sepertinya Li Zheng mulai punya kebiasaan buruk membaca buku hariannya Shao Xi. Li Zheng menyelimuti Shao Xi dan berjanji akan melakukan kesepuluh hal itu bersamanya. Dia menyatakan bahwa dia pasti akan melakukan lebih dari sepuluh hal itu. Pemikiran Li Zheng tetapi terputus saat Shao Xi berbalik dan dia akhirnya melihat bekas luka di pipinya. Hmmm... Apakah psiko Li Zheng akan muncul lagi?
Jin Li sedang bersantap malam di minimart. Seseorang memberikan sekotak cokelat untuknya. Berpikir itu adalah Shao Xi, dia tersenyum cerah. Tetapi kecewa ketika melihat Xiao Ciao. Duh... Xiao Ciao pantas memiliki pasangan yang lebih baik. Jauhkan saja Jin Li deh... Keduanya pergi ke lapangan basket. Jin Li bertanya apakah dia bisa bermain basket. Xiao Ciao mengaku tidak bisa. Jin Li kemudian bertanya mengapa dia ada di sana jika dia tidak tahu bagaimana cara bermain. Xiao Ciao menyatakan karena dia suka padanya, dia senang bersamanya dimanapun dan kapanpun saja. Jin Li bertanya akan rencana masa depannya. Xiao Ciao berkata kalau kemungkinan besar, dia akan membantu ibunya di perusahaannya. Jin Li mengaku kalau dia tidak ingin mengikuti jalan yang dipahat ayahnya untuknya. Dia ingin lolos dari semuanya meski dia sadar pastinya orang lain merasa dirinya beruntung. Dia kemudian menyatakan karena dirinya tidak ingin ikut rencana ayahnya, maka itu dia tidak ingin berhubungan dengan Xiao Ciao. Xiao Ciao adalah gadis yang dipilih ayahnya untuknya. Xiao Ciao mengatakan bahwa dia bersedia meninggalkan semuanya agar mereka bisa bersama. Masokis sekali! Kenapa sih? Bersatulah saja dalam untung. Beres kan?
Shao Xi keluar dari kamarnya untuk pergi ke bawah. Dia melewati kamar Li Zheng dan teringat akan tawarannya untuk membeli makanan. Saat dia berjalan turun, Li Zheng keluar kamar dan memintanya untuk masuk ke kamarnya. Shao Xi mulai membayangkan hal-hal nakal. Hahaha. Li Zheng akhirnya menariknya masuk karena Shao Xi melamun di koridor. Dia duduk di tempat tidurnya dan Li Zheng mendekat. Shao Xi menghentikannya karena dia belum menggosok giginya. Hahaha. Tapi Li Zheng berkata kalau dia hanya ingin memeriksa dan mengobati lukanya. Saat sedang mengobati, Li Zheng bertanya apa yang terjadi. Shao Xi berbohong dan berkata dia terkena ketukan saat reuni sekolah. Shao Xi kemudian bercerita kalau dia bertemu dengan Da Mao. Dia bertanya-tanya mengapa Li Zheng tidak tetap berhubungan dengannya walaupun dulu mereka berteman baik di SMA. Dia bertanya-tanya apakah mereka berdebat tentang sesuatu. Li Zheng dengan tenang menjawab kalau itu adalah normal mereka tidak tetap berhubungan karena sudah tidak satu sekolah. Begitu banyak kata-kata yang tak terungkap disini. Tarik napas dalam... Shao Xi mengaku sudah lelah dan pamit ke kamarnya. Li Zheng dan Shao Xi terjaga di kamar masing-masing, tidak bisa tidur, dan berpikir semalaman.
Di sekolah keesokan paginya, sebuah video tentang Shao Xi melawan kedua pengganggu tersebut tersebar. Xiao Yu datang untuk menunjukkan video itu. Shao Xi mengabaikannya. Tak lama, Shao Xi berpapasan dengan Bai Bai. Bai Bai menghentikannya dan bertanya apakah dia sudah melihat videonya. Shao Xi mengaku kalau dia tahu Bai Bai lah yang mengunggah videonya. Bai Bai kemudian menegaskan kalau dia bisa menjadi saksi kalau para lelaki pengganggu lah yang memukul terlebih dahulu. Shao Xi tak mengindahkan Bai Bai dan hendak menjauh. Tidak puas, Bai Bai mencengkeram Shao Xi dan secara tidak sengaja, terpeleset dari tangga. Si trio Jin Pai melihat Bai Bai terjatuh dan mengira ini adalah kesempatan untuk menghancurkan Shao Xi. Pemimpin Jin Pai memulai membela Bai Bai dan menantang Shao Xi. Shan Shan, yang dibantu oleh Shao Xi, berusaha menghentikan kedua temannya tapi tidak berhasil. Xiao Yu melihat seluruh interaksi mereka dan berlari untuk mencari Li Zheng. Pemimpin Jin Pai terus berteriak dan menggertak Shao Xi sampai Li Zheng datang dan melepaskan tangannya dari bahu Shao Xi. Yeyyy! Li Zheng tidak pernah terlihat begitu menawan sampai sekarang. Meleleh deh aku disini...
0 komentar:
Posting Komentar