Sabtu, 26 Agustus 2017

[REKAP/ ID] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 1

T-Drama
ATTENTION, LOVE!

Rekap Episode 1

Previous Episode
Di suatu lapangan, 4 siswi berkelahi, 3 lawan 1. Dan hanya 1 yang berdiri terakhir, Zhong Shao Xi (Joanne Tseng). Di Tokyo, Yan Li Zheng (Wang Zi) merenung sambil memegang tiket pesawat menuju Taipei. Shao Xi dari masa depan bermonolog tentang cinta pertamanya saat berumur 17 tahun yang membuatnya kesepian.


Satu pagi di SMA Zhuang Jing di Taipei, para murid sedang berdatangan masuk sekolah. Satu siswi ditegur dan dicatat oleh petugas ketertiban karena tidak mengenakan dasi sekolah. Shao Xi melihat petugas itu dan merasa cemas karena diapun tidak berseragam lengkap. Shao Xi mundur dan berniat untuk memanjat dinding samping sekolah untuk menghindari petugas ketertiban. Shao Xi tertangkap basah oleh prefek sekolah, Jin Yu Bin atau Xiao Yu (Greg Han). Xiao Yu langsung memalingkan diri dan berniat untuk menutup sebelah mata, menyalahkan teriknya sinar matahari yang membuatnya salah lihat. Hahaha… Raut muka kagetnya Xiao Yu sungguh pas. Shao Xi segera menangkap Xiao Yu agar tidak memberikannya peringatan. Xiao Yu memohon agar Shao Xi yang dijuluki ‘Zhong Ke’ atau Kakak Lelaki Zhong untuk tidak mempersulitnya. Kalau masih ada keraguan tentang status Shao Xi di sekolah, julukan ini mengakhirinya: Shao Xi adalah jagoan SMA Zhuang Jing yang ditakuti siswa lainnya.


Shao Xi memanfaatkan rasa takutnya Xiao Yu untuk melakukan 2 hal. Pertama, menghapus rekor ketidak-tertibannya dan kedua, menjadi tumpuannya untuk memanjat dinding sekolah. Selagi memanjat, Shao Xi menerima tantangan berkelahi dari jagoan sekolah sebelah, SMA Jin Pai, untuk bertemu jam 12 di lapangan. Shao Xi semula ingin mengabaikan tantangan tersebut tetapi mengubah pendiriannya saat teman baiknya, Li Ru Ping (Huang Xin Di), diancam. Shao Xi marah dan orang yang menyampaikan undangan tantangan itu lari ketakutan. Xiao Yu menyerukan kesediaan Shao Xi untuk menerima tantangan dan melarang pihak lawan mengganggu Ru Ping. Karena tercengang, Shao Xi terdiam mendengarnya. Xiao Yu menjelaskan, “Ru Ping tidak tahan dipukul, kau bisa.” Hahaha… Xiao Yu membantu Shao Xi memanjat dinding sekolah dan akhirnya masuk tanpa harus melewati pengawasan petugas ketertiban.


Di lapangan sekolah, Shao Xi sedang latihan lari di bawah pengawasan pelatih dan Xiao Yu. Sepertinya Shao Xi adalah bintang lapangan di sekolahnya. Setelah selesai, Xiao Yu ragu-ragu bertanya apakah dia benar akan pergi ke lapangan dan Shao Xi menegaskan pendiriannya karena dia tidak ingin Ru Ping diganggu. Shao Xi ingin menyelesaikan pertikaian ini sampai tuntas. Mendengar ini, Xiao Yu menghembus napas lega karena seperti sebelumnya, dia mengkhawatirkan nasib Ru Ping kalau Shao Xi tidak memenuhi tantangan ini. Wajah tercengang Shao Xi yang sadar dirinya dianggap tumbal, sungguh sangat lucu. Ru Ping datang dan bertanya apa yang sedang dibicarakan. Karena sifatnya yang setia kawan, Shao Xi menghentikan Xiao Yu sebelum ia sempat membeberkan tantangan dan ancamannya bila Shao Xi tidak hadir. Sepertinya Shao Xi tidak ingin Ru Ping khawatir dan berniat menyelesaikan masalah tanpa sepengetahuan Ru Ping.  Suka sekali deh dengan sifatnya Shao Xi! Semoga tidak menjadi plin-plan dan cengeng kalau sudah jatuh cinta (*cross fingers*).


Ru Ping terus membujuk Xiao Yu untuk membeberkan percakapannya dengan Shao Xi. Dan tidak lama, hanya dengan rangkulan tangan, Xiao Yu luluh. Berita cepat tersebar di sekolah kalau Shao Xi akan berkelahi dengan jagoan SMA Jin Pai. Alasannya adalah untuk melindungi Xiao Yu, idamannya dari Kelas 2! Hahaha… Sesama murid banyak yang tidak percaya Shao Xi yang tomboi menyukai Xiao Yu, banyak yang mengira dia menyukai sesama perempuan!


Seusai sekolah, Shao Xi pergi ke tempat pertemuan. Di sana sudah ada jagoan SMA Jin Pai beserta 2 pengikutnya. Shao Xi bertanya apa yang mereka inginkan dan menegaskan bahwa dia sudah datang sendirian. Pihak Jin Pai mengeluh karena Shao Xi didukung dengan banyak teman sekolahnya yang ikut serta dan membawa spanduk dukungan. Kesal, Shao Xi mengomeli Ru Ping dalam hati karena mulutnya yang ember. Pihak Jin Pai menggangap karena Shao Xi banyak dukungan, merekapun bisa dibantu. Muncullah seorang Oppa berdandan menor yang akan mewakili pihak Jin Pai. Jagoan perempuan Jin Pai mengadukan Shao Xi padanya karena telah merebut pacarnya.


Shao Xi kembali ke peristiwa semula untuk menceritakan apa yang terjadi. Ternyata Xiao Yu diganggu oleh pihak Jin Pai karena ketampanannya. Xiao Yu menolak memberikan nomor ponsel maupun akun facebook-nya. Shao Xi datang membela Xiao Yu dan akhirnya, memberikan pelajaran kepada ketiga siswi Jin Pai ini. Balik ke masa kini, para siswi pendukung Shao Xi menjauh dari Xiao Yu yang penakut dan lemah. Ya iya lah! Memalukan deh cowok kayak gini. Shao Xi terus membantah tuduhan pihak Jin Pai karena bukan Shao Xi yang mencari gara-gara pertama kali. Shao Xi hanya membela diri karena diserang oleh 3 orang.


Pihak Jin Pai tidak peduli dan tetap bersikeras Shao Xi patut dihukum. Mulailah perkelahian. Shao Xi terlihat di pihak yang dirugikan karena tidak bersenjata dan Oppa menor membawa pemukul kasti. Tetapi tidak membutuhkan waktu lama, Shao Xi berhasil menaklukkan lawan dan lalu memperingatkan ketiga perempuan Jin Pai untuk tidak mengganggu lagi.


Tidak peduli siapapun, memang tidak bisa memilih orang tua! Datanglah Papa Zhong, yang dandanannya tidak kalah norak, untuk menjemput Shao Xi pulang. Hahaha… Semuanya lari meninggalkan lokasi karena mengira Papa Zhong adalah mafia. Ternyata di adegan selanjutnya membuktikan kalau Papa Zhong adalah pedagang teh! Hanya saja gemar tampil beda. Shao Xi memohon agar ayahnya merubah penampilannya karena ia menganggapnya jelek. Muncullah Mama Zhong yang sepenuhnya mendukung pilihan suami dan menganggap penampilannya sangat jantan. Eh?! Shao Xi mengeluh karena ayahnya mirip dengan mafia dan ibunya, wanita simpanan. Hahahaha... Keindahan memang ada di mata yang melihatnya!


Shao Xi khawatir tidak ada yang akan tertarik dengannya karena kedua orang tuanya suka berpenampilan beda. Tetapi ayahnya dengan cepat menegaskan kalau Shao Xi sudah bertunangan dan tidak boleh sembarang berhubungan dengan yang lain. Mendiang kakek buyutnya sudah menjodohkan Shao Xi kepada Li Zheng sejak masih dalam kandungan dan ini merupakan harapan terakhirnya sebelum ia meninggal dunia. Karena pertunangan ini, sejak kecil Papa Zhong melarangnya berteman dengan laki-laki. Shao Xi belajar banyak ilmu bela diri supaya dirinya tidak diganggu dan karenanya ditakuti oleh pihak lelaki dan menjadi idola pihak perempuan. Papa Zhong bahkan menemui guru wali kelas SMP dan meminta guru itu untuk menghubunginya jika ada lelaki yang mendekati Shao Xi.


Di kamar, Shao Xi bertanya-tanya bagaimana rasanya menyukai dan disukai seseorang. Shao Xi membayangkan perasaan Cheng You Qing yang dipeluk oleh Li Da Ren sampai gugup dan lupa bernapas (dari drama In Time With You). Juga mengapa Cai Huang Zhen berasa aman dan terlindungi saat ditarik Hao Meng (dari drama Marry Me or Not). Shao Xi mendambakan hubungan cinta yang seromantis drama-drama yang pernah ditontonnya.


Mama Zhong mengetuk kamar dan membuyarkan lamunan Shao Xi. Ia memintanya untuk cepat berganti baju dan bertemu dengan Li Zheng, sang tunangan. Mama Zhong memilihkan terusan merah muda untuknya tetapi Shao Xi menolak untuk mengenakannya dan turun ke ruang tamu dengan masih memakai baju tidur. Saat bertatapan dengan Li Zheng, Shao Xi kaget atas ketampanannya dan seketika itu di benaknya, memasangkan muka Li Zheng kepada pria impian di dalam mimpinya. Papa Zhong mengumumkan, dikarenakan pamannya Li Zheng akan menikah maka Li Zheng akan pindah ke Taipei dan akan tinggal bersama-sama dengan keluarga Zhong. Shao Xi masih saja tercengang dan Li Zheng terlihat tidak nyaman dengan tatapan tajam Shao Xi. Sadar dan juga malu karena tertangkap sedang menatap tajam, Shao Xi marah dan pergi meninggalkan ruang tamu.
Papa Zhong, Mama Zhong, dan Li Zheng melanjutkan pembicaraan mereka dan Shao Xi yang sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada Li Zheng, diam-diam mengintip dan melihatnya. Tertangkap mengintip, Shao Xi lari ke kamar dan mulai menyesal tidak mengenakan terusan merah muda yang dianjurkan ibunya.


Shao Xi keluar kamar karena mendengar suara dari kamar sebelah. Dia menemukan Mama Zhong yang sedang membantu menata kamar Li Zheng. Mama Zhong menegur keras Shao Xi yang barangnya berserakan di kamar Li Zheng. Mama Zhong mengatakannya di depan Li Zheng yang pas baru ingin pergi keluar kamar. Shao Xi yang merasa malu memohon agar ibunya tidak menegurnya dan berjanji akan merapikan barangnya. Mama Zhong menasihati Shao Xi agar lebih berhati-hati berbicara karena orang tua Li Zheng meninggal karena kecelakaan kendaraan dan ia juga meminta agar Shao Xi mengenalkannya pada teman-teman karena dia belum punya teman di sini.

Li Zheng kembali ke kamar dan Mama Zhong menyuruhnya mencari Shao Xi bila ada keperluan lainnya karena dia harus kembali kerja. Setelah Mama Zhong meninggalkan mereka, Li Zheng membuka koper dan Shao Xi memulai pembicaraan dengan Li Zheng. Li Zheng tidak menghiraukan Shao Xi dan terus membereskan pakaiannya. Shao Xi memperkenalkan dirinya dalam bahasa Mandarin dan Jepang (sangat menggelikan) sebelum beranjak keluar tetapi dengan tidak sopan, Li Zheng menutup pintu setelah memohon agar Shao Xi menurunkan volume musik di kamarnya. Shao Xi kembali ke kamarnya dengan geram.


Ada sedikit adegan lucu setelah ini, Shao Xi sedang mengintip Li Zheng dari jendala kamarnya tetapi tertangkap basah oleh Li Zheng yang datang ke kamar mengantarkan barang. Shao Xi berpura-pura sedang olah raga malam tapi Li Zheng menekankan bahwa Shao Xi salah hitungan. Hahaha... Sangat memalukan.


Shao Xi pergi ke kamar mandi untuk mandi tetapi berpapasan dengan Li Zheng yang baru saja selesai mandi. Wow. Memang drama Taiwan sangat memperhatikan fan service. Dan adegan seterusnya adalah Shao Xi mencoba menghirup wangi pencuci rambut Li Zheng seperti seorang mesum. Hahahaha... Lucu sekali ini. Shao Xi tidak jadi mandi dan akhirnya latihan berlari untuk menenangkan pikirannya.

Keesokan harinya, Mama Zhong membangunkan Shao Xi. Saat Shao Xi sedang buang air besar di kamar mandi, Li Zheng masuk dan melihat Shao Xi yang sedang bersiap-siap. Kenapa juga tidak kunci pintu kamar mandi? Setelah selesai, Shao Xi keluar dari kamar mandi dengan disambut oleh Li Zheng yang menutup hidung dan berkata akan kembali nanti saja. Duh, malu sekali! Shao Xi kembali ke kamar dan menegur dirinya sendiri yang terbiasa buang air besar di pagi hari.


Di ruang makan, Shao Xi bertemu dengan Li Zheng yang sedang sarapan. Shao Xi berusaha berlagak biasa saja dan menyapanya. Shao Xi melihat Li Zheng yang menggunakan 2 sumpit dan bertanya apa tujuannya. Li Zheng melihat Shao Xi yang memasukkan sumpitnya ke dalam mulut sebelum mengambil makanan. Li Zheng yang merasa jijik beranjak dari meja makan dan menerangkan kepada Shao Xi, dia tidak nyaman makan dengan orang yang menggunakan sumpit penuh dengan air liur utuk mengambil makanan. Sepertinya Li Zheng bukan hanya tidak sopan, dia juga germaphobe (sangat takut terhadap kuman dan terobsesi dengan kebersihan). Kesal juga melihat kelakuannya yang menjauh dan kasar. Shao Xi marah dianggap kotor tetapi di depan Mama Zhong, Li Zheng berkelakuan sopan dan bahkan berkata sarapannya adalah yang terlezat yang pernah dia rasakan.

Mama dan Papa Zhong kembali meramaikan suasana dengan kemesraan mereka yang sedikit berlebihan. Shao Xi yang tidak nyaman, bertanya mengapa orang tuanya pagi-pagi sekali sudah berpakaian rapi. Rupanya, Mama dan Papa Zhong akan ikut ke sekolah untuk menyelesaikan urusan administrasi Li Zheng. Seluruh siswa di sekolah menonton kedatangan mereka karena riasan orang tua Shao Xi yang berbeda dan ketampanan Li Zheng. Ru Ping berteori Li Zheng pastilah korban Shao Xi dan datang untuk menyelesaikan masalah. Xiao Yu berpendapat beda karena menurutnya, korban Shao Xi tidak akan bisa berjalan dengan gagah. Hahaha…


Kepala sekolah melihat laporan sekolah Li Zheng dan kagum dengan nilainya yang tinggi. Tetapi karena kurikulum Taiwan dan Jepang berbeda, kepala sekolah merekomedasikan agar Li Zheng turun satu tingkat. Orang tua Shao Xi yang tidak setuju akhirnya berhasil membujuk kepala sekolah untuk menguji Li Zheng sebelum menempatkannya di kelas yang tepat.

Di kelas Shao Xi, guru membagikan hasil tes. Ru Ping mendapat 68, Xiao Yu 96, dan Shao Xi 18! Sedikit mendapat feeling Itazura Na Kiss nih di sini. Kurasa orangtuaku pasti mengamuk kalau aku dapat angka merah. Xiao Si dapat 18 dan biasa saja?! Waduh... Guru menugaskan pekerjaan rumah 20 halaman dan semua murid mengeluh. Hanya Shao Xi saja yang menerimanya dengan santai. Sepertinya dia tidak ada niat untuk menyelesaikannya. Sadar akan hal itu, gurunya sengaja menantang Shao Xi supaya dia menyelesaikan pr-nya.

Shao Xi pulang sekolah, bersantai di ruang tamu dan mengangkat kaki. Mama Zhong menegur kelakuannya yang tidak selayak gadis. Lagi-lagi Mama dan Papa Zhong berbusana heboh dan senada karena akan pergi dua hari satu malam ke Tainan untuk menghadiri pesta. Shao Xi tidak percaya orangtuanya akan meninggalkannya sendirian dengan Li Zheng di rumah. Hmmm... apakah ini orang tua idaman atau orang tua yang menakutkan?

Li Zheng datang menghampiri Mama dan Papa Zhong yang akan pergi. Papa Zhong menasihati Li Zheng untuk siap-siap menghadapi tes penempatan dan meminta Shao Xi untuk membantu Li Zheng. Shao Xi dengan jujur berkata tidak akan berguna karena di ulangan terakhir, ketiga hasil ulangannya berjumlah 100. Mama Zhong menegurnya karena itu bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Mama dan Papa Zhong pergi setelah meninggalkan uang untuk makan malam dan sarapan. Li Zheng memandang rendah Shao Xi yang hanya mendapatkan 100 setelah 3 ulangan dan seperti biasa memerintah Shao Xi untuk membawakan buku soal-soal yang sudah lewat. Setelah Shao Xi menegurnya, barulah Li Zheng meminta dengan lebih sopan. You go girl! Jangan mau ditindas lelaki. Girl power!!!


Li Zheng melihat buku-buku Shao Xi yang bersih tak bernoda dan bertanya apakah dia pernah belajar. Li Zheng merasa pelajarannya tidak sulit dan Shao Xi yang tidak percaya, menyuruhnya memecahkan soal yang kesulitannya berbintang lima. Li Zheng menyelesaikannya dengan cepat dan Shao Xi beranjak untuk memecahkannya juga supaya dapat melihat ketepatan jawaban Li Zheng. Sudah satu jam namun Shao Xi tidak juga berhasil menyelesaikannya. Li Zheng datang menghampirinya dan memberitahu kalau jawabannya ada di halaman belakang. Hahaha...

Melihat jawaban belakang yang persis dengan jawaban Li Zheng, Shao Xi dengan sportif mengakui kepandaian Li Zheng. Suka sekali dengan sifat Shao Xi yang terus terang dan apa adanya. Tetapi selagi menggerutu karena kesombongan Li Zheng yang menganggap dirinya jauh lebih pandai daripada dirinya, Shao Xi terpikir suatu ide. Shao Xi menantang Li Zheng untuk menyelesaikan soal 20 halaman karena menurutnya satu jawaban benar tidak membuktikan apa-apa. Hahahaa.... Shao Xi menjebak Li Zheng supaya dia menyelesaikan pr 20 halaman yang ditugaskan gurunya.


Shao Xi terheran-heran karena Li Zheng dapat menyelesaikan pr-nya dengan cepat dan tepat dan sebagai terima kasih, Shao Xi akan memasak makanan malam untuk Li Zheng. Dan yang disuguhkan adalah mie instan! Hahaha... Li Zheng mulanya tidak tertarik tetapi setelah dibujuk, ia pun duduk menikmatinya. Rahasianya? Shao Xi menambahkan puding ke dalamnya. Hmmm... bagaimana rasanya ya?!


Shao Xi tertidur di ruang tamu sambil nonton TV. Dia terbangun dan menyadari kalau Li Zheng menyelimutinya semalam. Shao Xi merasa terharu atas perhatian Li Zheng. Shao Xi berpura-pura tidur lagi karena mendengar Li Zheng siap-siap akan keluar rumah. Di TV, pembawa berita memberitakan bahwa seseorang yang mencurigakan sedang jalan-jalan memeriksa di jalanan kecil. Shao Xi yang sadar bahwa orang itu adalah Li Zheng, pergi mencari dan mengikuti Li Zheng. Shao Xi melihat Li Zheng menerobos dan masuk ke rumah orang layaknya seorang pencuri.
Li Zheng melihat-lihat rumah itu dan sepertinya ini adalah rumah masa kecilnya. Li Zheng mengingat kembali kecelakaan yang memakan nyawa orang tuanya dan sambil melihat foto keluarganya ia dengan sedih bertanya pada Li Zheng kecil mengapa tersenyum bahagia. Li Zheng mengambil kamera yang tertinggal di meja dan memasukkannya ke dalam tas. (klepto nih?!) Episode ini berakhir dengan Li Zheng menangkap basah Shao Xi yang sedang mengikutinya. Sedikit aneh kalau dipikir kenapa rumah ini masih dalam kondisi baik dan barang-barang seperti foto dan piringan hitam masih seperti semula. Ada misteri kecil ini di adegan terakhir ini.

Komentar
Pembukaan yang sangat imut! Aku sangat menikmati nuansa ringan dan nyaman dari episode perdana ini. Sudah ada petunjuk momen-momen pahit dan kesepian kemudian dalam monolog pembukaan Shao Xi yang membuat aku bertanya-tanya ke mana arah tujuan seri drama ini. Semoga masa-masa suramnya tidak terlalu gelap. Ada beberapa adegan komedi yang menyenangkan. Pasangan Mama dan Papa Zhong menyajikan sebagian besar dari komedi di seri ini. Cara mereka berbusana sangat lucu tetapi penonton tidak bisa menganggap remeh keduanya karena mereka sangat sayang dan peduli atas Xiao Si, putrinya, dan juga, Li Zheng. Orang tua tidak bisa dipilih tetapi kalau mendapatkan Mama dan Papa Zhong sebagai orangtua, aku rasa aku tidak akan mengeluh. Well, setidaknya tidak terlalu banyak mengeluh lah. Hahaha...
Kecepatan seri ini cukup pantas. Tidak cepat, masih ada beberapa adegan pengisi yang tidak mendorong jalan cerita, tetapi juga, tidak lamban. Seri ini sepertinya banyak mendapatkan ulasan baik tapi aku sangat berharap tim produksi tidak sengaja memperpanjang cerita hanya karena mereka bisa melakukannya. Aku tidak pernah menonton Ti Amo Chocolate jadi aku tidak pernah melihat pasangan ini tetapi dari yang kulihat sejauh ini, pasangan ini serasi. Chemistry antar pemain jelas ada dan kuharap semakin jauh ceritanya, chemistry-nya akan semakin membuat hati bergetar.
Cara Joanne Tseng memerankan Shao Xi sangat keren. Dia gigih, jujur, dan setia walaupun lemah dalam pelajaran. Karena lemah dalam pelajaran, dia beralih ke olah raga, menjadi bintang dari tim atletik dan lapangan, dan bertekad untuk memenangkan medali. Aku harap Shao Xi terus dengan sifat positifnya dan tidak menjadi plin-plan ataupun cengeng nantinya. Ayo deh drama tim, berikan kami karakter wanita yang keren!
Aku merasa sedih melihat Li Zheng menelusuri rumah lamanya di adegan terakhir episode ini. Waktu dia memegang foto keluarganya dan memarahi diri kecilnya yang tersenyum lebar ke kamera, aduh! Sedihnya! Membuat aku bertanya-tanya paman macam apa yang membiarkan keponakan yatim piatunya menjadi penyendiri pesimistik yang menutup seluruh hatinya dari perasaan apapun. Mungkin, dia adalah orang yang tega mengirim keponakan satu-satunya keluar negeri untuk hidup dengan orang asing hanya karena dia akan menikah. Geram!



Previous Episode

1 komentar: