T-Drama
ATTENTION, LOVE!
Rekap Episode 2
(Diterjemahkan oleh Abbeyzee)
Shao Xi juga mengikuti jejak Li Zheng dan masuk ke rumah masa kecilnya. Tapi tidak lama, Shao Xi tertangkap dan Li Zheng menghadapinya. Tapi sebelum Shao Xi bisa menjelaskan, dua petugas datang, menyela mereka, dan membawa mereka keluar dari rumah. Selama interogasi, Shao Xi mencoba untuk mendapatkan penjelasan dari Li Zheng tapi usahanya terbukti sia-sia, karena Li Zheng tetap diam selama interogasi. Petugas menghubungi pemilik rumah yang kebetulan adalah Papa dan Mama Zhong. Dan setelah berdiskusi dengan Papa Zhong, masalahnya diselesaikan.
Mereka ber-empat pulang dan Li Zheng meminta maaf atas perilakunya. Papa Zhong menjelaskan pada Shao Xi kalau rumah yang dilanggar itu sebenarnya milik kakek Li Zheng dan di sanalah Li Zheng menghabiskan masa kecilnya bersama orang tuanya. Setelah kematian mereka, Li Zheng pindah ke Jepang untuk tinggal bersama pamannya yang bekerja di sana. Pamannya menunjuk Papa Zhong untuk menjadi pengurus rumah tua Yan dan untuk menyewakan atau menjualnya sesuai keinginannya. Dan disinilah misteri dari episode terakhir dijawab: Papa Zhong tidak tega untuk menyewakan atau menjual rumah itu kepada pihak ketiga karena takut merusak bagian apa pun dari rumah itu karena ini adalah warisan terakhir keluarga Yan. Papa Zhong bermaksud menyimpan semua kenangan di dalamnya dan mengembalikan rumah itu ke pemilik sebenarnya, Li Zheng, saat dia cukup usia. Dan dia melakukan semua ini walaupun biaya sewa bulanannya sebesar NTD 25.000 (setara dengan kira-kira Rp 11.000.000). Seperti itu tuh yang namanya teman setia! Li Zheng beruntung memiliki Ayah mertua seperti Papa Zhong. Mendengar ini, Shao Xi mendapat ide untuk membantu Li Zheng mendapatkan beberapa kenangan dari orang tuanya dengan menggunakan mobil mainan yang dia temukan di rumah tersebut.
Li Zheng menguping sebagian besar percakapan keluarga Zhong dan dia mengingat masa kecilnya. Suatu hari saat dia meninju seorang anak dan meminta pada pamannya (pemeran cameo Xie Kun Da) untuk membawanya pergi karena dia tidak peduli bagaimana teman-temannya menatapnya. Pamannya, mungkin karena kurang pengalaman dalam mengurus anak-anak, dia menuruti Li Zheng dan membawanya ke Jepang. Hal ini secara efektif memudarkan sebagian besar kenangan masa kecilnya dan sekarang, Li Zheng menyesalinya. Shao Xi menyela pikirannya untuk memberinya kunci rumah yang menempel pada mobil mainan yang sekarang berubah menjadi gantungan kunci. Tindakan bijaksana ini bagaimanapun tidak dihargai! Li Zheng menganggap perhatian Shao Xi sebagai rasa kasihan dan membanting pintu di wajahnya. Kasar banget!!
Yang terjadi selanjutnya adalah sebuah adegan hebat dimana Shao Xi memberi pelajaran pada Li Zheng dalam perilaku yang baik. Dia memukulinya, memaksanya untuk meminta maaf, dan membuatnya berjanji untuk tidak pernah membanting pintu lagi. Suka banget dengan betapa segarnya karakter Shao Xi ditulis! Dia tidak membiarkan siapapun mengambil keuntungan darinya. Aku sangat senang ini bukan hanya imajinasinya. Shao Xi kembali ke kamarnya dan segera menyesali kelakuan galaknya. Hahaha… Sementara Li Zheng, awalnya seperti terkejut tapi kemudian tersenyum ceria atas pemberian kunci.
Shao Xi mencoba untuk membuat ide yang tepat untuk meminta maaf karena telah memukulnya. Dia bahkan berpikir untuk memberikan es pada lukanya. Hahaha… Tapi saat Li Zheng membuka pintunya, dia kembali menjadi dirinya yang seperti preman dan mengancamnya untuk tidak melaporkannya ke Papa Zhong. Lucu ya! Tentu saja dia menyesalinya lagi, tapi aku rasa Li Zheng memiliki perubahan hati. Li Zheng memintanya untuk menemaninya keesokan harinya. Melihat ekspresi terkejut Shao Xi, sepertinya dia tidak menduga hal ini.
Shao Xi pasti setuju karena di adegan berikut, kita menemukan Li Zheng dan Shao Xi bersama di sebuah studio foto untuk mencetak film di dalam kamera dari rumah tua. Gadis dari studio tersebut memperingatkan Li Zheng bahwa karena usia tua dan tidak terlindungi; tidak ada gunanya mencetaknya. Tapi Li Zheng bersikeras. Sungguh memilukan melihat Li Zheng memegangi kenangan masa kecilnya. Li Zheng memberitahu Shao Xi bahwa dia membawanya bersama agar orang tuanya tidak mencemaskannya. Li Zheng mengajaknya ke restoran dan saat makan siang, dia mengaku menganggapnya sebagai teman. Ini sangat mengejutkannya. Sedemikian rupa sehingga dia tidak tersinggung kalau Li Zheng hanya berteman dengannya karena Li Zheng pikir Shao Xi tidak punya perasaan belas kasihan.
Pasangan favorit kita berjalan bersama saat Shao Xi melihat gadis Jin Pai dan Oppa-nya. Dia mencoba menghindarinya tapi ketahuan dan diajak berkelahi lagi. Tapi kali ini, Li Zheng maju dan memukul preman sebelum meraih tangan Shao Xi dan melarikan diri. Keduanya berhasil kabur tapi tanpa sadar masih berpegangan tangan yang kemudian membuat mereka merasa canggung. Kecanggungan itu tidak berlangsung lama karena Shao Xi menginjak kotoran anjing! Hal ini menyebabkan kejadian komedi lainnya dimana Li Zheng tertawa terbahak-bahak saat melihat Shao Xi mencoba membersihkan sepatunya yang bau. Shao Xi sadar bahwa ini adalah pertama kalinya dia melihat Li Zheng tersenyum ceria.
Akhir pekan usai dan kita kembali ke kelas Shao Xi dimana guru meminta PR-nya. Sombong, Shao Xi berlagak kepada gurunya kalau tugasnya selesai kali ini. Di pikirannya, dia dengan penuh harapan memikirkan sebuah dunia di mana Li Zheng melakukan semua tugas dan tesnya! Hahaha… Dia kemudian ingat kalau Li Zheng saat ini sedang menjalani tes penempatan. Li Zheng mencarinya di kelas setelah ujiannya untuk memberinya kotak bento yang tidak dia bawa. Ini adalah pengingat Itazura Na Kiss lagi. Teman-teman perempuannya mengganggu Shao Xi untuk informasi tentang hubungannya dengan Li Zheng namun Shao Xi mengklaim bahwa mereka hanya berteman.
Shao Xi mengejar Li Zheng untuk bertanya soal tesnya. Seperti yang diharapkan, Li Zheng berhasil dengan baik tapi bertanya-tanya mengapa semua orang memanggilnya ‘Zhong Ke’ (ini biasanya digunakan untuk memanggil seorang pria yang lebih tua). Tidak ingin mengekspos bagaimana dia mem-bully, jadi Shao Xi menghindari pertanyaan itu. Kelopak Sakura jatuh di sekitar mereka dan satu kelopak jatuh di rambutnya. (Tunggu dulu! Darimana kelopak bunga sakura berasal? Tidak ada pohon sakura mekar di sekitarnya. Oh, di dunia drama, kelopak bunga Sakura bisa disihir kapan saja dan itu masuk akal. Oke, lanjutkan!) Li Zheng mengulurkan tangan dan memungutnya; menakjubkan Shao Xi karena melakukan skinship lagi. Li Zheng meninggalkan sekolah dan ketika mereka berdua saling menjauh, mereka berdua berhenti dan mulai memperhatikan ketertarikan mereka yang terus tumbuh satu sama lain. Ini bakalan jadi bagus! Shao Xi mencatat bagaimana perasaannya saat Li Zheng mengulurkan tangan untuk mengambil kelopak bunga dari rambutnya dalam buku hariannya dengan gembira.
Di rumah keesokan harinya, Shao Xi melihat Li Zheng mengenakan seragam Kelas A-nya. Dia mengatakan kepadanya bagaimana istimewanya diterima di Kelas A dan juga menyebutkan bahwa seragam itu lebih keren. Shao Xi membantu Li Zheng mengenakan lencana sekolah karena dia sepertinya tidak mengerti. Dan sekarang, giliran Li Zheng yang terpesona dengan Shao Xi.
Li Zheng dan Shao Xi berpamitan pada Mama Zhong dan dia mengingatkan Shao Xi untuk membantu Li Zheng menyesuaikan diri di sekolah. Li Zheng memperhatikan bahwa Shao Xi mengenakan rok dan terang-terangan menatap kakinya yang telanjang sehingga membuat Shao Xi canggung. Ketika mereka tiba di sekolah, murid-murid lain memperhatikan bahwa Shao Xi dan Li Zheng, dari 2 kelas yang berbeda, berjalan bersama. Shao Xi salah tingkah dan karena tidak ingin mempermalukan Li Zheng, dengan sukarela ingin masuk sekolah belakangan. Li Zheng keberatan dan mereka masuk sekolah sama-sama. Awww….
Di jam sekolah, Shao Xi bolos kelas untuk mengintip Li Zheng. Dia ingin memastikan bahwa dia tidak diintimidasi di kelasnya. Di luar kelas A, dia melihat Li Zheng menjawab pertanyaan matematika yang sulit dengan benar dan terpilih menjadi tutor kelas. Kembali di kelasnya, Shao Xi terus memikirkan Li Zheng bukannya mendengarkan pelajaran kelas. Shao Xi meminta ijin ke toilet. Guru mengeluh bahwa dia selalu pergi ke toilet di jam yang sama tapi tetap mengizinkannya. Guru seharusnya menolak karena Shao Xi tidak pergi ke toilet melainkan ke Kelas A untuk menguntit.
Keluarga Zhong dan Li Zheng sedang duduk mengelilingi meja makan untuk makan malam saat Shao Xi meminta keluarganya untuk mengambil makanan menggunakan sumpit komunal dan bukan sumpit pribadi. Li Zheng memberinya senyum apresiatif kecil untuk inisiatifnya. Papa Zhong awalnya tidak setuju tapi memutuskan untuk mengikutinya. Setelah makan malam, Li Zheng memberitahu Shao Xi bahwa mulai sekarang, dia akan mengajarinya karena dia tidak ingin memiliki seorang teman yang hanya memiliki nilai 100 setelah 3 kali tes.
Beberapa adegan berikutnya, para penonton bisa melihat tulisan Shao Xi dalam buku hariannya tentang pikiran dan perasaannya. Semua sepertinya fokus pada Li Zheng: selera makanan dan musiknya, betapa mendukungnya Li Zheng selama Shao Xi latihan lari, betapa dia menantikan perjalanan mereka pergi dan pulang sekolah bersama, dan seberapa tinggi nilainya sekarang sejak dibimbing Li Zheng. Li Zheng tahu kalau Shao Xi tidak konsentrasi belajar dan Li Zheng memarahi dia. Li Zheng bertaruh dengannya kalau Shao Xi bisa masuk peringkat 100 teratas, dia akan mengajak Shao Xi nonton di bioskop. Keyakinan Li Zheng pada Shao Xi membuat Shao Xi termotivasi dan dia bertekad untuk memenangkan taruhan. Dia kemudian menulis di buku hariannya kalau dia penasaran apakah dia kerja keras karena ingin nonton film atau karena ingin nonton film dengan Li Zheng?
Catatan harian lainnya: pada hari hujan, Li Zheng dan Shao Xi beristirahat di dalam bilik telepon untuk berlindung. Shao Xi menggunakan tisu untuk mengeringkan Li Zheng, ini adalah tindakan otomatis, tapi keheningan yang canggung membuatnya sadar. Dia kemudian memberikan tisu itu ke Li Zheng yang terus mengeringkan dirinya. Li Zheng salah mengucapkan 'panas' dan Shao Xi dengan sabar menjelaskannya. Dia menulis di buku hariannya bahwa saat mengajari Li Zheng, dia tidak seperti biasanya. Shao Xi biasanya sangat tidak sabar melakukan hal seperti ini. Shao Xi benar-benar nampak jatuh cinta dengan Li Zheng.
Mama Zhong dan saudara iparnya mengundang Shao Xi untuk bergabung dengan mereka untuk berkunjung ke Guru Yue'er, seorang peramal, untuk mengetahui keberuntungannya dalam studi. Dia mengikatkan senar merah dari Dewa Pernikahan di pergelangan tangan bibi Shao Xi dan mengklaim bahwa dalam 3 hari, dia akan bertemu dengan cintanya. Dan lihatlah, seorang pria datang dengan benang warna merah yang serupa dan memberi isyarat musik latar belakang romantis! Hahaha…. Mungkin, benang merah benar-benar memiliki kekuatan supernatural. Ada sedikit lelucon kotor di sini saat pria tersebut bertanya apakah tangan kanannya adalah nasibnya. Bagaimanapun, menyaksikan keefektifan benang merah itu, Shao Xi memintanya untuk dirinya sendiri.
Mama Zhong meminta agar Shao Xi menyembunyikan benangnya dari ayahnya, karena itu dia menggunakan sweatband. Dan di kamarnya, dia menatap dengan gembira tali di pergelangan tangannya sambil berharap agar pasangan takdirnya akan segera muncul di sisinya. Dia mulai membayangkan Li Zheng yang cemburu mengajaknya pergi, menyatakan cintanya yang tak henti-hentinya padanya, dan benang merahnya secara ajaib terjatuh untuk menegaskan bahwa dia memang, belahan jiwanya. Hahaha… Shao Xi mendambakan hari dimana benang merah itu putus. Dia bermimpi di rumah dan tentu saja, di sekolah juga. Dia sangat sering bermimpi sehingga temannya, Ru Ping, menganggapnya inspiratif: sebagai karakter wanita untuk novel berikutnya. Ru Ping mencoba mengintip untuk mencari tahu siapa yang ditaksir Shao Xi tapi Shao Xi enggan untuk membocorkannya.
Percakapan Ru Ping dan Shao Xi terganggu oleh seorang teman sekolah wanita yang datang untuk menyatakan cinta pada Shao Xi. Loh?! Sepertinya benang merah berhasil menarik perhatian pelamar! Tapi mungkin saja bukan pelamar yang disukai. Hahaha… Kembali ke kelas, Ru Ping bertengkar dengan beberapa pengganggu sekolah yang sedang membaca dengan keras catatan harian pribadi seseorang. Mengira kalau itu adalah buku harian Ru Ping, Shao Xi ingin membelanya. Tapi saat dia sadar itu miliknya, dia berhenti dan tertegun. Episode berakhir dengan air mata Shao Xi mengalir di pipinya. ITU SAMA SEKALI TIDAK BAIK!
Komentar
Apa yang terjadi dengan foto dari kamera yang akan dicetak? Dramanya benar-benar meninggalkan keseluruhan plot itu! Aku penasaran apakah fotonya akan ditelusuri di episode selanjutnya?
Aku tidak menganggap episode ini sama menariknya dengan episode pertama. Serial ini menggunakan banyak monolog, yang aku duga, akan diterapkan lebih seiring kemajuannya.
Yang pasti aku benar-benar penggemar berat dari Papa Zhong. Seiring ceritanya berkembang, dia benar-benar tampil sebagai teman yang peduli dan bijaksana. Cara dia menyewa sendiri rumah keluarga Yan sehingga kenangannya terpelihara dan niatnya untuk mengembalikan seluruhnya ke Li Zheng, sangat mengesankan. Dan yang jelas, di belakang seorang pria hebat adalah wanita yang lebih hebat! Pujian untuk Mama Zhong juga, karena sepenuhnya mendukung kemurahan hati suaminya.
Kisah cinta antara Li Zheng dan Xiao Si berkembang dengan baik. Aku menikmati kemajuan mereka yang lamban dan mantap dalam persahabatan. Mereka di SMA! Jadi lambat dan mantap adalah cara yang tepat. Li Zheng yang pasti telah terbuka dengan Shao Xi dan meskipun awalnya dia bersikap dingin, Li Zheng adalah teman yang melakukan timbal balik. Dia yang mengajak kencan / tamasya pertama mereka untuk mencetak foto, dia membela Shao Xi dari para preman, dan yang terpenting, dia membimbing dan memotivasi dia untuk melakukan yang lebih baik. Duh... tersipunya! Shao Xi tentu saja lebih sadar akan perasaannya yang terus bertambah, namun mengingat Li Zheng pada dasarnya adalah robot, dia telah membuat kemajuan pesat.
0 komentar:
Posting Komentar