Selasa, 26 September 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 8






Jin Li bergegas ke kafe untuk membantu Xiao Ciao mengurus mantannya. Tapi saat dia tiba, Xiao Ciao sendirian dan sepertinya tidak punya masalah. Jin Li pamit tapi Xiao Ciao memintanya untuk menemaninya makan bersama. Xiao Ciao mohon diri untuk ke toilet. Dia kesal karena Jin Li dengan senang hati menemani Shao Xi belajar tetapi enggan menemaninya makan malam. Jin Li menyuruh Xiao Ciao pesan makan sendirian karena dia sudah makan dengan Shao Xi. Xiao Ciao mulai berpose provokatif untuk menggoda Jin Li tapi malah dimarahi karena mengenakan pakaian yang terbuka. Lucu melihatnya sama sekali tidak terpikat pada Xiao Ciao.




Shao Xi dan Li Zheng pergi ke pasar malam untuk main game. Li Zheng menyombongkan keterampilan melemparnya tapi sewaktu ditantang, malahan sama sekali tidak kena sasaran. Dia menyuruh Shao Xi mencoba dan dia berhasil kena sasaran secara berurutan dan akurat. Shao Xi memberikan Li Zheng bola yang terakhir untuk sasaran yang terakhir. Sasaran terkena. Shao Xi tersenyum manis saat melihat wajah bahagianya Shao Xi. Duh… tersipu. Sepertinya Li Zheng sengaja membawanya kesana guna untuk mengalihkan pikirannya dari para pelari yang latihan di taman.




Jin Li dan Xiao Ciao keluar dari kafe dan Jin Li bertanya bagaimana Xiao Ciao akan mengendarai sepeda motornya mengenakan rok pendek. Xiao Ciao berkata dia akan mengikat jaket di pinggangnya agar sopan. Jin Li ragu dan akhirnya, Xiao Ciao berkata akan menyetir mobilnya sendiri. Merasa tidak enak, Jin Li memanggilnya kembali. Jin Li beralasan kalau akan lebih berbahaya bagi pengemudi lain di jalanan kalau dia menyetir. Hahaha… Xiao Ciao memang adalah sopir yang buruk jadi komentar itu benar-benar layak. Tapi tunggu, Xiao Ciao meninggalkan mobilnya di suatu tempat semalaman supaya dia bisa diantar pulang oleh seseorang lelaki?! Hmmm… mungkin di Taipei, pencurian mobil atau penarikan mobil tidak ada.




Li Zheng dan Shao Xi menunggu bus dan Shao Xi merasa kedinginan. Jadi, Li Zheng menanggalkan jaketnya dan mengenakannya pada Shao Xi. Jin Li dan Xiao Ciao tiba di rumah tapi Xiao Ciao menunggu dan tidak melepaskan pinggangnya. Dia harapkan Jin Li akan berterima kasih dan memberikan ciuman romantis padanya. Jin Li menatapnya tidak percaya. Hahaha… Baiklah, dia memang benar. Hanya menyuruhnya turun memang sedikit kasar tapi, pada dasarnya, dialah yang memaksanya untuk mengantarnya pulang. Jadi ya mau bagaimana lagi?! Xiao Ciao turun dan berjalan ke gerbang depan rumahnya. Jin Li memanggilnya kembali. Xiao Ciao berbalik dan menunggu dengan gembira. Sayangnya, Jin Li hanya datang untuk mengambil kembali jaketnya. Hahaha… 

Xiao Ciao lagi-lagi memakinya karena tidak mempertimbangkan cuaca dingin dan berjanji akan mengembalikan jaketnya sendiri setelah dicuci. Jin Li dengan acuh tak acuh berkata di-gojek saja dan dia akan membayar ongkosnya. Lagi-lagi, hahaha… Jin Li naik sepeda motornya dan Xiao Ciao dengan kasar mengusirnya pergi. Tetapi saat Jin Li sudah tidak kelihatan, Xiao Ciao tersenyum cerah. Senang sekali melihat dinamika komedi dari pasangan kedua ini. Xiao Ciao sangat kontras dengan Li Zheng dan Shao Xi yang sekarang melankolis dan selalu mengintrospeksi diri.




Shao Xi dan Li Zheng sedang naik bus pulang. Shao Xi tertidur dan Li Zheng dengan lembut meletakkan kepalanya di bahunya. Seiringnya waktu, Shao Xi terjatuh dan tidur di pangkuan Li Zheng. Dia meneteskan air liur di celana Li Zheng. Hahaha… Shao Xi kaget terbangun dan mulai menyeka air liur dari celana Li Zheng saat dia melihat ada bekasnya di sana. Dia berhenti salah tingkah saat sadar akan perbuatannya. Li Zheng berkomentar kalau kebiasaan tidurnya sangat buruk. Oke, banyak sekali pikiran kotor yang muncul karena adegan ini. Hahaha… Li Zheng melihat mereka sudah hampir sampai tujuan dan menekan bel untuk mengingatkan sopir. Keduanya bangkit dan saat bus mengerem, Li Zheng menarik Shao Xi yang kehilangan keseimbangan. Tidak sengaja, mereka ciuman pertama di sini. 

Li Zheng dan Xiao Si akhirnnya kelewatan halte mereka karena terlalu tercengang. Mereka harus berjalan sedikit lebih jauh untuk sampai rumah. Shao Xi berjalan di depan dan Li Zheng mengikutinya dengan gembira. Aku benar-benar heran kenapa sih tidak jalan berdampingan? Jalan depan belakang ini begitu canggung. Sesampainya di rumah, Li Zheng coba memulai pembicaraan tentang apa yang baru saja terjadi. Tapi Shao Xi menepisnya dan berkata itu bukan masalah besar dan pamit untuk beristirahat di kamarnya. Apa?! Ini adalah kesempatan terbuang.



Shao Xi berbaring di tempat tidur dan mulai merasa melankolis karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Duh, apa yang terjadi pada pemeran wanita yang kuat kita? Sepertinya Penulis kembali menggambarkan pemeran wanita biasa yang menjadi lemah gara-gara jatuh cinta. Mengecewakan sekali! Dia mulai ingat kembali saat-saat manis bersama Li Zheng dan dengan sedih berkomentar kalau menyukai Li Zheng membuat dirinya kesepian. Ini mengingatkan pada monolog pembuka drama. Apakah ini sinyal kalau saat ini adalah titik terendah dan mulai sekarang semuanya akan membaik atau…?


  


Hari wisuda tiba. Li Zheng berpidato ke seluruh sekolah tentang kenyataan pahit manis yang menunggu mereka semua. Shao Xi menulis beberapa kalimat sedih di dalam pesawat kertas dan melemparnya dari atap. Li Zheng melihat dan mengambilnya.




Xiao Yu menyeret Ru Ping untuk menyatakan cintanya. Ru Ping marah padanya karena tidak peka. Walaupun Xiao Yu sudah selesai dengan proses pendaftaran kuliahnya, Ru Ping masih harus menjalani Ujian Mata Pelajaran Lanjutan. Dia tidak ingin diganggu. Xiao Yu sedang menangis di tangga sekolah saat Li Zheng lewat. Li Zheng pura-pura tidak lihat. Xiao Yu memanggil Li Zheng dan geram karena dirinya tak dianggap. Li Zheng lalu bertanya mengapa dia menangis. Xiao Yu menjawab kalau Ru Ping menolaknya jadi dia sedih. Li Zheng terus mengatakan 3 alasan mengapa dia seharusnya sudah mengantisipasi tolakan Ru Ping dan tidak begitu sedih. Li Zheng memang kurang peka. 

Marah, Xiao Yu lalu menjelaskan pada Li Zheng kalau untuk seorang yang naksir temannya, wisuda artinya selamat tinggal. Kesenangan sederhana seperti pergi sama-sama ke sekolah setiap hari dan melihat dambaan hati di sekolah, tidak akan ada lagi karena mereka kuliah di tempat yang berbeda. Li Zheng mulai sadar mengapa Shao Xi menulis kata-kata sedih di pesawat kertas. Dia lari menuju kelas Shao Xi untuk mencarinya.




Li Zheng sampai dan melihat Shao Xi yang sedang melihat foto-foto di ponselnya. Sekali lagi, dia terlihat sedih. Shao Xi memutuskan mulai hari ini, dia akan lulus SMA dan juga lulus dari cintanya yang bertepuk sebelah tangan pada Li Zheng. Li Zheng, ayo deh! Say something she’s giving up on you Ini semakin menjengkelkan. Bukannya sudah hampir satu tahun?! Shao Xi melihat Li Zheng. Li Zheng mendekatinya. Shao Xi meminta satu hadiah lulusan dan menarik dasinya untuk mendapatkan satu ciuman darinya. 2 ciuman di satu episode! Tetapi mengapa aku tidak puas dengan keduanya? 

Jin Li, yang datang untuk memberikan selamat pada Shao Xi, dengan membawa satu karangan bunga, melihat ciuman itu dan pergi, kecewa. Shao Xi mengumumkan kalau mulai sekarang, dia akan berhenti membayangkan kalau Li Zheng suka padanya setiap kali dia berbaik hati dan akan berhenti berusaha untuk menjadi kekasihnya. Li Zheng kaget mendengar ini, menarik Xiao Si ke pelukannya, dan berkata, “Siapa bilang kau bisa menyerah?” Aku mengerti kalau ini saat-saat tersipu tetapi mungkin aku sinis tapi aku rasa Li Zheng tidak lagi berhak untuk mengatakan ini. Sudah terlalu lama.



Kedatangan Papa Zhong mengganggu kemesraan Li Zheng dan Shao Xi. Shao Xi ingin menjelaskan tapi Papa Zhong berkata tidak perlu. Aku benar suka bagaimana Papa Zhong ditulis. Dia memang bisa tiba-tiba tajam dan sadar. Papa Zhong meminta keduanya turun bertemu dengan Mama Zhong untuk foto wisuda. Di taman sekolah, dan oh betapa cantiknya taman itu, Li Zheng ikut keluarga Zhong berfoto. Sewaktu di foto, Li Zheng malahan melihat Shao Xi dengan tajam, dan bukan melihat kamera.




Papa Zhong mengundang Li Zheng untuk minum teh. Dia jelaskan kalau sebelum mereka meninggal, orangtuanya beserta Papa dan Mama Zhong sepakat kalau Li Zheng dan Shao Xi akan bersatu dalam pernikahan di kemudian hari. Papa Zhong bertanya apakah Li Zheng suka pada Shao Xi. Dia ragu-ragu dan Papa Zhong melihat betapa miripnya Li Zheng pada almarhum papanya. Papanya juga, berpikir lama sebelum mengejar ibunya. Papa Zhong berkomentar kalau ayahnya adalah tipe yang tidak mudah menyerah setelah membulatkan niatnya. Dia senang kalau Shao Xi akhirnya menikah dengan orang seperti itu. Tetapi Papa Zhong menyarankan Li Zheng agar dia berpikir dengan baik kalau dia ingin berkencan dengan Shao Xi. Papa Zhong tidak ingin kehilangan Li Zheng, yang sudah dianggap sebagai putranya sendiri, dan Shao Xi juga, tidak boleh terganggu karena dia masih harus menyiapkan Ujian Mata Pelajaran Lanjutan. Apakah Papa Zhong merasionalkan keragu-raguan? Apakah dia membantu atau menghalangi? Hmmm… Li Zheng mengerti. Papa Zhong berharap kalau akhirnya berkencan, itu hanya akan terjadi saat mereka sudah kuliah. Dia berkata cinta perlu waktu untuk bersemi, seperti teh. 

Teh, sudah lama, merupakan simbol kesetiaan di budaya Tionghoa. Di pesta pernikahan, para pengantin wanita menyajikan teh pada keluarga suami sebagai tanda kesalehan dan kesetiaan. Mungkin aku terlalu sensitive, tapi Papa Zhong menyajikan secangkir teh pada Li Zheng dan Li Zheng menerimanya, sedikit mengingatkanku atas peristiwa ini. Sepertinya Papa Zhong bersumpah akan selalu setia pada Li Zheng terlepas dari hubungannya dengan Shao Xi. Secantik adegan ini, ini sedikit membuatku geram. Plot pertunangan tampaknya hanyalah tipuan untuk menarik perhatian penonton. Tidak ada seorangpun yang menganggapnya serius.




Li Zheng lagi-lagi sedang merenung di kamar saat Shao Xi mengetuk pintunya. Dia bertanya apakah ada sesuatu yang mau dikatakan sebelum Papa Zhong memotong mereka di kelas tadi. Li Zheng teringat atas nasihat Papa Zhong dan jadi, dia berkata dia tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Malu, Shao Xi keluar kamar dengan canggung dan lagi-lagi marah pada dirinya karena salah membaca suasana. Nah, itu bukan salahmu. Teman tidak meraih pergelangan tangan temannya dan menarikmu ke pelukannya seperti itu. Li Zheng, bagaimana kau bisa berkata kau sayang padanya kalau berulang kali kau membuatnya menangis?




Shao Xi pergi ke kamarnya dan mulai bertekad akan lulus ujian, masuk ke perguruan tinggi yang baik, dan bertemu dengan pacar yang lebih baik. Dia mengumpulkan semua kenang-kenangan Li Zheng, termasuk buku-buku yang dipersiapkan untuknya, dan memasukkannya ke kantong sampah. Tapi dia perlahan sadar kalau ingatan, walaupun pahit, tidak mudah dihapus begitu saja. Perlu waktu. Dia mengembalikan semua ke tempat asalnya dan berkonsentrasi belajar.




Hari ujian akhirnya tiba dan perasaan senewan mulai mempengaruhi pencernaan Shao Xi. Hahaha… lelucon toilet yang kasar lagi di sini. Mama Zhong menyuruh Papa Zhong antar Li Zheng terlebih dahulu karena Shao Xi belum siap. Di tempat ujian, Li Zheng menunggu dengan gelisah. Dia tidak memulai ujiannya dan terpaku pada pintu. Shao Xi akhirnya datang dan Li Zheng menarik napas lega.




Tes sudah lama berlalu. Shao Xi berhasil mendapatkan nilai yang layak berkat bimbingan Li Zheng. Dia harap bisa diterima di universitas yang layak. Pada waktu makan malam, Papa Zhong bertanya ke universitas mana saja dia mendaftar. Shao Xi menyebut semua pilihannya dan Mama Zhong khawatir karena pilihannya terlalu muluk. Li Zheng mencatat dalam hati pilihan universitas Shao Xi. Papa Zhong mengingatkan dia untuk berterima kasih pada Li Zheng karena telah mengajarinya. Shao Xi berterima kasih dan dijawab itu semua karena kerja kerasnya sendiri. Tersipu deh… Di kamarnya, Li Zheng sedang mempertimbangkan universitas mana yang akan dituju.




Shao Xi membuka kotak surat dan melihat surat penerimaan dari Universitas Lunghwa. Harap disadari kalau ini adalah universitas dimana Jin Li dan Xiao Ciao belajar. Tidak sabar aku menunggu bagaimana cinta segi empat ini akan terungkap karena semua sekarang satu sekolahan. Dia memberi tahu orangtuanya yang sedang di taman. Mama dan Papa Zhong menyelamatinya dan Mama Zhong sangat senang karena dia bisa bersombong pada teman-temannya. Li Zheng juga turun dan Papa Zhong bertanya apakah dia juga, sudah menerima surat penerimaannya. Mama Zhong berasumsi kalau dia diterima di universitas terbaik Taiwan. Li Zheng mengoreksinya dan berkata dia akan belajar di Lunghwa. Aku harap alur cerita drama ini akan dipercepat sekarang karena semua kuliah di tempat yang sama. Papa dan Mama Zhong kecewa dan menasihatinya untuk ikut ujian lagi dan daftar ke universitas yang lebih bergengsi. Shao Xi mengeluh karena mereka berdua diterima di sekolah yang sama namun, reaksi orangtuanya terhadap berita Li Zheng sangat berbeda. Aduh… Diremehkan memang tidak nyaman.



Shao Xi bertanya kenapa dia juga, akan ke Lunghwa. Dia bertanya apakah dia membuat kesalahan. Li Zheng balik bertanya apakah dia sudah lupa kata-katanya. Shao Xi bingung dan Li Zheng berkata kalau itu sudah bukan masalah. Di kamarnya, Li Zheng kembali membaca tulisan Shao Xi di pesawat kertas sambil ingat kembali ke impian Tahun Baru Shao Xi. Rupanya, dia berharap mereka berdua akan kuliah di perguruan tinggi yang sama dan selalu bersama. Dengan masuk ke Lunghwa, Li Zheng sebenarnya memenuhi impian Shao Xi. Wah… Ini romantis sekali. Li Zheng tersenyum puas di kamarnya.



Papa dan Mama Zhong sibuk membersihkan rumah untuk kedatangan paman Li Zheng, Zi Xiang. Mama Zhong bertanya apakah dia datang ke Taiwan untuk menjemput Li Zheng pulang ke Jepang. Li Zheng turun dari kamarnya untuk menyambut pamannya yang sudah berada di depan pintu. Mereka berkumpul di ruang tamu dan Papa dan Mama Zhong berdiri untuk minta maaf pada Paman. Mereka merasa bersalah karena Li Zheng akan kuliah di universitas tingkat kedua yang di bawah kemampuannya. Shao Xi lagi-lagi mengeluh karena orang tuanya meremehkan dirinya. Zi Xiang sadar kalau Li Zheng dan Shao Xi akan kuliah di universitas yang sama dan mulai curiga kalau Li Zheng suka pada Shao Xi.




Li Zheng dan pamannya sedang menuju hotel. Paman mengajak Li Zheng duduk di suatu bangku. Dia bertanya apakah Li Zheng suka pada Shao Xi. Dia jelaskan kalau melihat interaksi mereka, dia curiga Li Zheng ada hati. Dan jika iya, almarhum orang tuanya akan merasa bahagia karena mereka pun, ingin Li Zheng dan Shao Xi menikah sejak masih dalam kandungan. Li Zheng jelaskan kalau dia tidak yakin apakah dia suka atau hanya menganggapnya sebagai teman dan keluarga. Dia terus berkata kalau dia belum pernah berperasaan seperti ini dulu, Shao Xi istimewa untuknya karena dia adalah teman pertamanya dan juga keluarga. Dia tidak mau kehilangan Shao Xi. Paman bertanya apakah dia sudah menyatakan perasaannya pada Shao Xi. Li Zheng berkata belum karena dia tidak ingin mengatakan apa-apa sampai dirinya yakin. Paman anjurkan untuk mencari jawaban di hatinya. Paman lega melihat perkembangan emosi Li Zheng dan merasa kalau pulang ke Taiwan adalah keputusan yang tepat.




Jin Li ingat kembali saat dia melihat Li Zheng dan Shao Xi ciuman di kelas. Dia menghitung hari, sampai jam dan menit, sejak terakhir dia melihat Shao Xi. Dia juga memperingatkan dirinya agar tidak mengejar perempuan yang sudah punya kekasih. Tetapi dia beralasan kalau mencari tahu kemana seorang teman akan kuliah tidak ada salahnya. Dia langsung menghubungi Shao Xi menggunakan account bayangannya: seorang gadis pemula yang juga main game. Shao Xi menjawab kalau dia akan kuliah di Lunghwa mempelajari Administrasi Bisnis. Jin Li senang mendengar ini dan lalu bertanya pada Tuhan mengapa mendekatkan Shao Xi padanya padahal dia sudah punya kekasih. Li Zheng menduga kalau Shao Xi sedang sedih meskipun diterima di universitas yang cukup baik. Shao Xi mengaku meskipun masalah kuliahnya sudah beres, kehidupan pribadinya berantakan. 

Dia suka seseorang yang tidak mengembalikan perasaannya. Dambaannya juga akan kuliah di Lunghwa. Jin Li menyelamati dia karena akan satu sekolah dengan yang disukainya. Shao Xi tetapi menjawab dengan emoji sedih. Jin Li langsung bertanya apakah Shao Xi berhubungan dengan yang disukainya. Jin Li berasumsi selama ini kalau setelah ciuman di kelas itu, Shao Xi dan Li Zheng akan berhubungan. Saat Shao Xi mengaku kalau mereka tidak berkencan, Jin Li teriak senang dan mulai menjelek-jelekkan Li Zheng: kalau dia tidak suka padanya dan hanya menganggapnya sebagai teman. Jin Li meramalkan kalau dirinya pasti canggung sekitar Li Zheng dan dia menyarankan agar menjauh darinya. Jin Li ingin mengalihkan perhatiannya ke seorang kakak kelas tampan yang bernama Wang Jin Li. Hahaha… Tapi Shao Xi luring (offline) sebelum dia selesai mengetik pesannya. Saran agar dirinya menjauh sepertinya dinilai baik oleh Shao Xi.




Sehingga di adegan selanjutnya, dapat dilihat Shao Xi memberitahu orangtuanya kalau dia ingin tinggal di luar sewaktu kuliah. Mama Zhong pertama-tamanya tidak setuju karena Lunghwa dekat rumah dan mudah dijangkau oleh fasilitas umum. Tetapi Papa Zhong setuju dan mendorongnya. Hmmm… Sepertinya Papa Zhong ada motif tersembunyi nih. Li Zheng mendengar semua ini dan terlihat gelisah.




Shao Xi mencari kos mahasiswa dengan Ru Ping. Seorang pemilik rumah, Bibi Li Ying, menunjukkan sebuah kamar. Dia berkomentar kalau kamarnya bagus tapi bertanya apakah kamar sebelah masih tersedia. Pemilik rumah berkata kalau kamar itu baru saja disewakan pagi itu. Hmmm… Mencurigakan. Dia berjanji kalau kamarnya tersedia, dia akan menyimpannya untuk Shao Xi. Shai Xi setuju dan mulai pindahan. Ru Ping akan pergi berkuliah di Taichung dan kedua teman ini sedih karena tidak akan sekolah sama-sama. Mereka berjanji akan terus berhubungan. Shao Xi keluar kamar untuk membuang sampah. Dia lewat kamar yang lebih besar itu dan masuk untuk lihat-lihat. Saat dia keluar, Li Zheng masuk sambil membawa satu kotak di tangan. Kan!?

Komentar


Minatku atas pada pasangan utama ini mulai berkurang. Setelah episode ini, aku bahkan tidak yakin aku ingin mereka berdua menjalin hubungan. Dan aku juga tidak mendukung Jin Li. Terlalu ketara terlihat kalau dia tidak punya kesempatan. Dia bahkan tidak diberikan peluang untuk memberikan hadiah bunga di hari wisudanya Shao Xi. Memang sepertinya takdir tidak mendukung Jin Li. Dengan berkurangnya tarikan romantis ini, semoga episode minggu depan adalah a game changer. Ada bukan saja 1, tetapi 2, adegan ciuman di episode ini tetapi keduanya tidak menyenangkan. Penulis, tolong kenalkan pelamar yang lebih menyakinkan untuk Shao Xi. Drama ini memang sepertinya banyak terinspirasi oleh cerita Itazura Na Kiss, apakah karakter Keita Kamogari akan muncul? Dan kalau iya, lebih cepat dong!



Aku, tapinya, mendukung Xiao Ciao. Aku suka sifatnya yang terus terang dan giat. Bukan berarti aku berharap dia berhubungan dengan Jin Li. Aku hanya ingin akhir yang bahagia untuknya.


Seluruh plot pertunangan sekarang mulai terasa seperti tipuan; asal diperkenalkan untuk menarik perhatian penonton yang suka cerita dongeng dan romantis seperti aku. Penulis sama sekali tidak menganggapnya serius. Papa Zhong yang selalu mempertahankan pertunangan ini, sekarang di episode ini, merubah sikapnya. Dia melempar bola ke lapangan Li Zheng dan bersedia menerima apapun yang dia putuskan, meskipun keputusannya adalah tetap berteman saja. Sampai tingkat tertentu, aku bisa mengerti adanya keraguan di sisi Li Zheng karena memang dia akan kehilangan banyak kalau hubungannya dengan Shao Xi rusak. Tetapi ini sudah 1.5 tahun! Biarkan dia menjauh atau jalinlah hubungan. Kesalahpahaman ini semua perlu berakhir. Shao Xi harus mengalih perhatian pada seseorang yang lebih berani menujukkan perasaannya, seseorang yang benar-benar mampu menantang Li Zheng.


Papa Zhong yang langsung setuju Shao Xi keluar rumah di akhir episode ini, terlihat mencurigakan. Aku rasa ada kaitan dengan Li Zheng yang pindah ke kamar sebelah. Sebenarnya kemajuan ini mengecewakan. Aku merasa episode ini seperti mutar-mutar dalam satu lingkaran. Episode ini dimulai dan diakhiri di tempat yang sama: kedua Shao Xi dan Li Zheng masih tetap tidak tahu bagaimana perasaan Li Zheng pada Shao Xi. Bahkan pengaturan hidup mereka, masih sama karena sekarang Li Zheng akan tinggal di kamar sebelah. Justru aku merasa kalau mereka berpisah, nah itu perubahan. Sangat tidak adil bagaimana setiap kali Shao Xi ingin melupakan Li Zheng, Li Zheng berbuat sesuatu yang kecil agar dia tidak dilupakan. Li Zheng pada umumnya cepat memahami emosi orang lain tetapi kalau menyangkut dirinya sendiri… Napas panjang. Pada dasarnya, setiap masalah di drama ini diselesaikan dengan cepat tetapi episode ini seperti kurang sesuatu. Setiap masalah, walaupun terselesaikan, tidak memacu alur ceritanya. Sekarang, menurutku, alurnya mulai lamban. Kalau adegan ciumannya tidak menggairahkan aku, itu sepertinya bukan tanda yang baik. Marilah menyambut masa-masa suram…



0 komentar:

Posting Komentar