Jumat, 15 September 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 5

T-Drama
ATTENTION, LOVE!

Rekap Episode 5

(Diterjemahkan oleh Whiteclouddott)

Shao Xi ikut kompetisi dan meraih juara pertama. Li Zheng khusus datang untuk mendukung dan memberikan semangat. Shao Xi tadinya ingin menyapa Li Zheng tapi rekan satu tim dan pelatih mengerumuninya dan mencegahnya untuk bisa menyapa Li Zheng. Li Zheng sungguh pengertian. Dia membiarkan Shao Xi menikmati ucapan selamat dari semua orang. Tanpa mengganggu, Li Zheng pergi setelah melemparkan senyum termanisnya.




Saat Shao Xi mengadakan perayaan bersama Ru Ping di café, dia mengeluh bahwa dia tidak bisa melupakan rasa sukanya. Shao Xi menyadari bahwa ia semakin menyukai Li Zheng. Shao Xi khawatir kalau ia tidak dapat menutupi perasaannya, hubungannya dengan Li Zheng akan jadi korban. Ru Ping lalu menyebutkan bahwa cara tercepat untuk melupakan rasa suka pada lelaki adalah dengan menyukai lelaki lain, alias mendapatkan lelaki pengganti. Hmmm… Apakah ini saran yang bijaksana?




Di koridor rumah, Shao Xi bertemu Li Zheng saat dia keluar dari kamar mandi. Berpakaian lengkap! Mengapa?! Hehehe… Shao Xi menimbang saran Ru Ping dan memutuskan bahwa itu terlalu sulit. Dia berbicara sendiri dan membuat Li Zheng bertanya-tanya. Shao Xi mengatakan bahwa dia sedang memikirkan tentang ujian masuk perguruan tinggi. Saat dalam perjalanan menuju ke sekolah keesokan paginya, Li Zheng memberikan beberapa bahan ujian masuk perguruan tinggi untuk Shao Xi.  Awwww… Dia bahkan menandai bagian yang khusus berhubungan dengan olahraga dan mengusulkan agar Shao Xi menggunakan catatan pertandingannya untuk memastikan dia bisa memasuki perguruan tinggi yang berkualitas. Bagaimana seorang gadis bisa melupakanmu kalau kau terus melakukan hal seperti ini? Shao Xi terkejut dan terdiam beberapa saat. Kemudian dia menyatakan rasa terima kasihnya dan Li Zheng puas dengan itu.




Ketika Shao Xi sedang mempelajari tentang informasi pendaftaran, Ru Ping menyela. Ru Ping mengetahui bahwa Shao Xi mendapatkan paket informasi itu dari Li Zheng, Ru Ping khawatir Shao Xi akan semakin tidak bisa melupakan Li Zheng. Dia berjanji akan membantu Shao Xi. Shao Xi bertemu Li Zheng di pagi hari yang akan pergi ke rumah keluarganya. Li Zheng berniat membersihkan rumah itu karena sekolah sedang libur. Shao Xi menawarkan bantuan tetapi Li Zheng meminta Shao Xi untuk tinggal di rumah dan belajar. Lalu Ru Ping menelepon. Shao Xi hadir pada kencan buta berkelompok yang diatur oleh Ru Ping. Dia duduk di ujung meja dengan malas-malasan. Perkenalan dimulai tapi sebelum Kiki, sepupu Ru Ping, mengenalkan Jin Li ke semuanya, dia memperkenalkan dirinya sendiri. Jin Li langsung mengarahkan perhatiannya pada Shao Xi. Wahhh… Jin Li meneliti Shao Xi dan ingat kalau dia adalah gadis yang menangis di bioskop. Dia bertanya nakal apakah kencan buta ini khusus diatur supaya Shao Xi bisa menemukan pacar baru. Shao Xi menatap tajam Ru Ping dan tanpa kata-kata memintanya untuk mengikutinya. Ketiga gadis permisi sebentar.




Ditinggal sendirian, Xiao Jian, Ah Ke, dan Jin Li berdiskusi dan sadar kalau Shao Xi adalah bos terkenal SMA Zhuang Jing. Di suatu tempat di dalam restoran, Ru Ping dan Kiki menegaskan kalau tidak ada salahnya mengenal lebih banyak lelaki. Kenal lebih banyak dapat membantu dirinya melupakan Li Zheng. Xiao Jian dan Ah Ke, di sisi lain, menasihati Jin Li untuk menjauh dari Shao Xi karena dia adalah bos menakutkan yang pernah masuk penjara dan seringkali merekrut gadis-gadis muda untuk bergabung ke geng untuk ayahnya yang berandalan dan ibunya yang wanita malam. Jin Li sulit menerima kabar ini karena dia terus teringat tangisan Shao Xi yang sendirian menangis di bioskop. Tidak menakutkan Jin Li, teman-temannya malahan meninggikan minatnya. Shao Xi terus memaksa ingin pulang karena risih berkencan buta. Ru Ping akui kalau dia salah tidak terus terang sewaktu mengundangnya tetapi dia terus bertanya apakah Shao Xi ingin pulang hanyalah karena tidak nyaman berkencan buta. Dia terus mengorek apakah dia menghindar karena jauh di lubuk hatinya, Shao Xi masih berharap Li Zheng akan membalas cintanya. Ingin membuktikan Ru Ping salah, Shao Xi tinggal. Hahaha… Terkadang sahabat karib bisa terlalu mengenalmu.




Li Zheng berada di rumah keluarga Yan dan dia teringat kejadiaan beberapa hari yang lalu saat dia mengambil foto yang dicetak di studio. Li Zheng menatap satu-satunya gambar yang masih bisa dilihat dari film yang terexpose itu. Tapi dia bertanya-tanya mengapa fotonya tidak memicu ingatan apa-apa. Dia mendengar suara dari kebun dan mengira itu adalah Shao Xi yang datang mengintai. Dia memanggilnya tapi kecewa tersirat di mukanya saat sadar kalau dia sendirian. Ya bung, apa yang kau harapkan? Kau menolaknya cintanya mentah-mentah dan juga menolak tawarannya untuk membantu. Hanya beberapa ‘tidak’ yang bisa diterima seseorang.




Shao Xi sedang bermain game di telponnya sementara yang lain berdiskusi sambil makan siang. Jin Li melihat dan datang menghampirinya. Dia perhatikan kalau Shao Xi bermain game yang sama seperti dirinya dan meminta nama profilnya supaya bisa berteman. Shao Xi menyebutkan namanya dan berhasil mengejutkan Jin Li dan kedua temannya karena dia terkenal di lokasi permainan itu. Kedua temannya merasa Shao Xi terlalu jantan untuk dikencani tapi Jin Li malahan merasa dia semakin menarik. Seusai makan siang, kelompok tersebut membahas kemana tujuan mereka yang selanjutnya. Tapi Shao Xi ingin pulang ke rumah jadi Jin Li bersuka rela mengantarnya pulang.


  


Sesampai di rumah, Jin Li bertanya apakah alasan dia diam saja saat makan siang adalah karena dirinya sudah punya tambatan hati. Shao Xi mengira Ru Ping yang membocorkan informasi ini. Jin Li membantah dan menjelaskan kalau dia tahu karena dia ada di bioskop saat Shao Xi ditinggal sendirian. Jin Li dan Shao Xi masih asik berbincang saat Li Zheng pulang. Akhirnya, kecemburuan! Andai mata bisa membunuh… Shao Xi memperkenalkan Li Zheng pada Jin Li. Jin Li memperkenalkan dirinya sebagai teman yang baru diketemukan di kencan buta. Li Zheng lihat merah! Li Zheng masuk ke rumah sesudah pedas menegur SHao Xi yang tidak tinggal di rumah dan malahan pergi berkencan buta. Jin Li menerka kalau Li Zheng adalah dambaan Shao Xi tapi Shao Xi membungkamnya dan mengusirnya setelah berterima kasih. Li Zheng masuk kamar dan mulai merasa resah karena melihat percakapan di bawah. Dia mendengarkan jejak kaki SHao Xi sepertinya sedang memastikan dia tidak lama-lama berbincang dengan Jin Li. Shao Xi ingin menjelaskan dan hampir mengetuk pintu Li Zheng. Tapi akhirnya memutuskan untuk tidak membicarakannya lagi. Bagus Shao Xi! Tidak perlu menjelaskan apa-apa ke Li Zheng.


  


Jin Li pulang ke rumah dan disambut oleh kakaknya, Jin Wen, yang ingin menjemputnya pulang untuk merayakan ulang tahun ayah mereka. Jin Li ragu ayah mereka ingin bertemu dengannya tapi untuk kakaknya, dia rela hadir. Sesampainya di rumah, Jin Li duduk menunggu di meja makan sambil menunggu kedatangan lainnya. Jin Wen datang dan memberinya hadiah untuk ayah mereka. Jelas terlihat kalau Jin Li berhubungan buruk dengan ayahnya dan Jin Wen ada di antara mereka. Ayah tiba dan Jin Wen mengundangnya untuk duduk di antara mereka. Sang ayah tidak mengindahkan tawaran itu dan malah duduk di kursi paling jauh. Ayah dan Jin Li mulai bertengkar terutama karena Ayah tidak setuju akan pilihan pelajaran Jin Li. Dia bahkan membandingkannya dengan Jin Wen yang selalu patuh. Jengkel, Jin Li menyerahkan hadiah dan langsung pamit. Jin Wen mengejarnya dan mencoba menahan sambil menasihatinya agar lebih berbesar hati kalau berurusan dengan ayah mereka. Jin Li bertanya apakah kakaknya senang hidup patuh, selalu mengikuti arahan Ayah. Jin Li bahkan menghina pilihan Jin Wen dan berkata kalau dia tidak sudi menjadi Jin Wen kedua yang kian selalu patuh sampai pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan sisa hidupnya dikendalikan ayah. Jin Li beranjak langsung tapi masih melihat kakaknya dari cermin samping motornya. Jin Li menyesali kata-katanya tapi tetapi pergi. Memang kakak beradik yang dekat bisa melemparkan penghinaan yang paling menyakitkan. Ini contoh yang tepat.




Jin Li pergi ke minimarket untuk makan malam dan teringat masa kecilnya dimana dia bekata ingin menjadi seperti Jin Wen sewaktu dewasa. Selanjutnya ada kenangan masa kecilnya dimana dirinya dikunci di luar rumah oleh ayah karena nilainya di sekolah buruk. Ayah bahkan berteriak agar dirinya lebih seperti Jin Wen. Selalu dibandingkan dari kecil, tidak heran hubungan ayah dan anak sekarang renggang. Jin Wen mencuri keluar untuk memberikan Jin Li sedikit makanan dan menghiburnya. Jin Wen menasihati Jin Li agar tidak terlalu mengingat kata-kata ayah. Jinn Wen berkata mereka berdua sama dan satu hari, Jin Li akan lebih hebat daripada Jin Wen.




Shao Xi masuk ke toko yang sama dengan Jin Li dan melihatnya sedang menangis. Awalnya Shao Xi ingin pura-pura tidak lihat supaya Jin Li tidak malu. Tapi akhirnya, dia membeli sekotak coklat untuk menghiburnya. Wah, Jin Li semakin tertarik. Shao Xi memang berniat baik tapi niat baik bisa disalah artikan. Ini sama saja Shao Xi sedang menyemangati perasaan Jin Li. Tapi ini dunia drama dan Li Zheng memang perlu mencicipi monster bermata hijau, alias perlu cemburu. Jadi ya… teruskan!




Di sekolah, Ru Ping dan Shao Xi sedang membahas ujian akhir, pada saat Jin Li datang mengantar makan siang. Dan tentu saja, Li Zheng melihat seluruh interaksi ini. LI Zheng tidak fokus di kelas, setelah melihat Shao Xi dikejar Jin Li, dan bahkan gurunya Li Zheng menyadarinya. Seusai sekolah selesai, seperti yang dijanjikan, Jin Li menunggu Shao Xi. Ingin menuntaskan perihal Jin Li, Shao Xi minta agar Jin Li mengikutinya. Sekali lagi, secara kebetulan, Li Zheng melihat mereka berdua jalan bersama.




Shao Xi mengajak Jin Li ke koridor kecil belakang sekolah. Dia bertanya mengapa Jin Li terus-menerus mengunjunginya. Jin Li mengaku kalau dia suka padanya dan ingin menjadi pacarnya. Shao Xi tidak percaya kalau Jin Li bisa jatuh hati hanya setelah beberapa pertemuan singkat. Dia berkata kalau menyukai seseorang bukanlah sesuatu yang enteng dan seharusnya tidak diutaran dengan santai. Jin Li menertawakannya dan berkata kalau dia tidak pernah ‘mengumpulkan’ gadis seperti Shao Xi sebelumnya dan senang akan propeknya. Shao Xi menghajarnya dan langsung terus menguliahi dia tentang bagaimana cara benar menyukai seseorang. Jin Li mulai sadar mengapa dia dijuluki ‘Zhong Ke’ dan tak terduga, Jin Li makin tertarik padanya. Shao Xi pergi meninggalkan Jin Li. Jin Li buru-buru mengajaknya berkencan pada hari Minggu.




Li Zheng sedang berjalan pulang dan mulai membayangkan Shao Xi dan Jin Li bermesraan di bangku taman. Hahaha… Dia berbaring di rumput dan mulai membayangkan Shao Xi yang bertanya mengapa dia begitu gelisah melihat dirinya berciuman dan bergaul dengan anak laki yang lain. Shao Xi bayangan menantang Li Zheng untuk mengakui kalau dia cemburu karena suka padanya. Yeyyyy! Akhirnya ada kemajuan.




Li Zheng melihat Shao Xi menunggu di persimpangan dan dengan senang hati, mendekatinya. Li Zheng bertanya mengapa dia pulang terlambat. Shao XI mengaku dia baru saja selesai berbicara dengan teman. Li Zheng bertanya siapa teman itu dan sebelum bisa dijawab, ponsel Shao Xi berdering. Dia menjawabnya dan saat sadar kalau itu adalah Jin Li, dia mempersilahkan Li Zheng pulang terlebih dahulu. Li Zheng tidak keberatan menunggu dan tidak ingin pulang dulu. Suka sekali dengan Li Zheng yang usil dan ingin tahu. Shao Xi menjauh untuk menerima telponnya. Jin Li rupanya diberitahu nomor ponselnya Shao Xi oleh Ru Ping. Dia berniat mengajaknya berkencan hari Minggu ini untuk lebih mengenal satu sama lain dan mengukur keserasian mereka. Shao Xi ingin menolaknya tetapi Jin Li tidak memberikannya kesempatan itu dan mengakhiri pembicaraan langsung setelah mengundangnya. Sepanjang pembicaraan mereka, Li Zheng berdiri di tempatnya dan berusaha menahan kecemburuannya. Li Zheng bertanya apakah Shao Xi akan pergi nonton dan Shao Xi menjawab jujur kalau dia tidak yakin. Dia mungkin akan pergi kalau merasa bersuasana hati baik. Mendengar itu, Li Zheng dapat ide: dia memberitakan kalau Mama Zhong marah karena Shao Xi turun 56 peringkat di ujian terakhir. Li Zheng rupanya kekanak-kanakan dan picik hati saat cemburu. Hahaha… Li Zheng merusak suasana hati Shao Xi agar dia berhenti memikirkan undangan kencan Jin Li.


Di sekolah, Shao Xi mengejar Ru Ping yang sudah membocorkan jati dirinya ke Jin Li dan menyebarkan isu Jin Li ke seluruh sekolah. Shao Xi menjelaskan kalau kalau kemarin dia ingin meyakinkan Jin Li supaya dia berhanti mengejarnya tetapi gagal dan sekarang, Jin Li semakin bertekad untuk mengencaninya. Ru Ping bahagia mendengar itu dan berhatap dia menyaksikan ungkapan cinta Jin Li. Shao Xi juga berbagi kalau Jin Li mengundangnya pergi nonton bioskop hari Minggu tetapi dia belum setuju. Ru Ping berteriak karena Shao Xi lamban bereaksi dan menasihatinya agar lebih berani mengambil kesempatan. Shao Xi menutup mulut Ru Ping sewaktu dia melihat Li Zheng mendekat tetapi Ru Ping sengaja menaikan suaranya agar Li Zheng tahu ada lelaki lain yang tertarik pada Shao Xi. Kedua gadis itu selesai bicara dan balik kembali ke kelas. Para penonton bisa melihat kalau Li Zheng tidak menjauh dan malahan mendengarkan mereka sepanjang waktu. Sepertinya Li Zheng sedang menata sebuah rencana. Yakin sekali rencana itu dibuat untuk mencegah kencan bioskop ini. Hehehe...




Li Zheng mengajarkan Papa Zhong bagaimana menggunakan komputer dan mulai bertanya mengapa hari Senin khusus ditandai di kalender. Papa Zhong sadar telat kalau itu adalah hari peringatan pernikahannya dan dia tidak punya hadiah untuk Mama Zhong. Li Zheng berkata kalau dia mendengar Mama Zhong tegas akan marah kalau Papa Zhong lupa lagi tahun ini. Li Zheng menawarkan diri untuk pergi membantu Papa Zhong membeli hadiah untuk Mama Zhong karena dia sibuk akhir pekan ini dan tidak lagi sempat berbelanja. Tentu saja, dia mengajukan hari Minggu! Hehehe… Tapi karena dia tidak pernah membeli hadiah untuk anak perempuan atau untuk Mama Zhong sebelumnya, dia butuh bantuan. Dan Papa Zhong langsung masuk perangkap. Hari Minggu pagi, Papa Zhong mengatur agar Shao Xi pergi menemani Li Zheng membeli hadiah untuknya. Wah, taktik yang hebat.




Shao Xi menghubungi Jin Li untuk memberitahu kalau dia tidak di rumah hari itu jadi sebaiknya tidak mampir. Jin Li juga berkata kalau dirinyapun ada urusan mendadak jadi perlu untuk menjadwal ulang kencan mereka. Shao Xi mengetuk pintu Li Zheng untuk memberitahukannya kalau dirinya siap. Li Zheng sedang duduk di ranjang, tidak sabar menunggu dan tersenyum cerah karena semuanya berjalan baik sesuai dengan rencananya. Iblis cilik yang licik! Shao Xi dan Li Zheng memakai sepatu tapi Shao Xi akhirnya memutuskan untuk mengenakan sepatu barunya yang cantik. Awww… Shao Xi sepertinya masih berharap Li Zheng akan mengembalikan cintanya. Di jalan, mereka berpapasan dengan satu pasangan mesra dan Shao Xi berhenti untuk mengagumi keintiman mereka. Li Zheng lihat dan tersenyum penuh arti. Keduanya mengunjungi beberapa toko untuk mencari hadiah yang pas untuk Mama Zhong. Shao Xi terus-menerus berhenti untuk membeli makanan kecil.




Mereka akhirnya berhasil menemukan hadiah yang sempurna dan sedang dalam perjalanan pulang ketika Li Zheng lihat Shao Xi pincang. Dia menghentikannya dan membungkuk untuk mengecek kakinya. Terlihat ada luka di tumit kakinya. Li Zheng mendudukkan Shao Xi di bangku terdekat, mengobati lukanya, dan membalutnya. Daaannnnn cium! Tidak?! Ya, mungkin tidak merasa romantis setelah menyentuh kaki seorang gadis yang berkeringat. Oke teruskan. Di dalam hati, Shao Xi memohon agar Li Zheng tidak memperlakukannya begitu baik kalau dia tidak suka padanya. Li Zheng memarahi Shao Xi karena tidak memberitahu dirinya kesakitan. Wahhh… Li Zheng membeli sepatu nyaman untuknya dan Shao Xi sudah ganti sepatu di adegan berikutnya.




Shao Xi masih tercengang karena kelembutan Li Zheng dan tidak ikut menyebrang jalan. Li Zheng memanggilnya dan dia terbangun dari lamunannya. Sayangnya, dia menyebrang jalan pada waktu yang salah dan tertabrak mobil kuning yang ngebut.
Komentar


Banyak mungkin yang merasa Ru Ping terlalu menggangu dan usil tapi aku menilainya sebagai teman setia yang tulus ingin Shao Xi bahagia. Hanya saja sepertinya dia tidak melihat gambaran besar yang sebenarnya. Dia terjebak impresi salahnya kalau Li Zheng menolak ungkapan cinta Shao Xi dan tidak mempertimbangkan hal-hal khusus lain yang dilakukan Li Zheng seperti menyiapkan catatan pelajaran, memilih dan menyoroti informasi untuk masuk kuliah, menghibur Shao Xi di saat dia sedih, dan datang mendukung Shao Xi saat dia lomba lari. Dia terus mendorong agar Shao Xi mendekat pada Jin Li dan walaupun tidak salah, aku merasa sedikit tidak nyaman karena secara tidak langsung, dia memberikan Jin Li harapan kosong. Sejauh ini tapinya, Shao Xi masih berpengang teguh pada prinsipnya dan tidak menganggap enteng perasaan orang lain. Semoga dengan berjalannya cerita, Shao Xi tidak menjadi plin plan.


Jin Li adalah anak orang kaya yang khas punya masalah dengan ayahnya. Penulis jelas ingin agar para penonton simpatik pada Jin Li walaupun dia malas dan tidak punya tujuan karena memang ayahnya punya masalah. Tetapi sebagai orang dewasa, kita harus sadar, lebih cepat daripada lambat, kalau belajar bukanlah untuk memuaskan orang tua. Belajar untuk memperbaiki diri dan menjadi anggota masyarakat yang berguna. Sejauh ini, selain masa kecilnya yang tragis, Jin Li masih belum melakukan apapun yang ambisius selain dari mengejar Shao Xi, tentu saja. Tapi ini tidak penting di skema keseluruhan karena siapa yang ingin punya berpacaran dengan anak putus sekolah yang malas dan tak bermotivasi? Jadi karena alasan itu, walaupun Jin Li lesung pipitnya sungguh menawan, aku tidak mendukungnya. Alasan itu dan juga karena pengakuan cintanya yang kurang ajar! Mengumpulkan?! Permisi, perempuan bukanlah objek.



Li Zheng, di sisi lain, mulai sadar akan perasaanya. Yeyyyy! Dan untuk robot, dia lumayan cepat. Suka sekali betapa jitu akalnya terutama kalau ada sesuatu yang diinginkannya. Cara dia mendorong Papa Zhong masuk perangkap sampai akhirnya dia tidak hanya menyuruh Shao Xi temani dia, tapi juga mendanai dan memastikan kencan itu tidak dilarang oleh Mama Zhong, wah! Jenius! Untuk sementara waktu, bolehlah dia bersiasat tapi nantinya, Li Zheng harus mengatakan dengan jujur. Berapa lama ya sampai saat itu tiba. Sayang sekali kecelakaan Shao Xi akan berdampak buruk pada kemampuan berlarinya Shao Xi dan juga, aplikasi kuliahnya. Kemungkinan besar dan tentu bisa dimengerti, Shao Xi akan sedih mengasihi dirinya sendiri dan terluka di episode berikutnya. Bagaimana Li Zheng akan menangani semua ini? Dia selalu mampu menyadarkan Shao Xi dan sepertinya untuk ini, bebannya juga tetapi jatuh di pundaknya.




0 komentar:

Posting Komentar