Kamis, 14 September 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 4

T-Drama
ATTENTION, LOVE!

Rekap Episode 4

(Diterjemahkan oleh Sugakookierush)

  

Di bioskop, Shao Xi sudah membeli berondong jagung dan minuman sambil menunggu Li Zheng. Shao Xi mengirim pesan pada Li Zheng untuk menanyakan apakah ia akan datang. Namun, ia tidak tahu bahwa Li Zheng ada di depan bioskop dan sedang berbicara dengan Da Mao. Ia ingin seseorang menemaninya karena sedang perasaannya sedang buruk. Ia meminta Li Zheng untuk menjaganya karena ia tetap setia pada Li Zheng dengan tidak memberitahu para guru bahwa Li Zheng membantunya menyontek. Kembali ke dalam bioskop, Shao Xi masuk ke dalam teater terlebih dahulu karena film sudah akan dimulai. Ia ingin menghubungi Li Zheng lagi, tapi tidak tahu apa yang harus ia katakan, karena itu ia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun. Di luar, Li Zheng memberitahu Da Mao bahwa ia sengaja merencanakan ini semua untuk menjebaknya. Shao Xi merasa sedih, setelah ia sadar bahwa Li Zheng tidak akan datang. Jin Li datang dan duduk di dekat Shao Xi. Ia juga melihat bahwa Shao Xi menangis di kursinya.




Da Mao mengancam bahwa ia akan memberitahu para guru bahwa Li Zheng membantunya menyontek. Li Zheng menantangnya untuk melakukan itu, namun juga mengingatkan Da Mao bahwa kalau ia melakukannya, Li Zheng akan mengatakan bahwa Da Mao memaksanya untuk mengaku mengenai pencurian dan menyontek. Li Zheng menantangnya, bahwa siapa yang akan mempercayai omongan seorang murid nakal daripada omongannya. Di dalam bioskop, Jin Li terlihat sangat khawatir melihat Shao Xi yang menangis tersedu-sedu, karena itulah ia menawarkan tisu kepada Shao Xi. Shao Xi mengusap air matanya dan pergi dari teater bioskop. Di luar, Li Zheng menyuruh Da Mao untuk pindah sekolah sebelum tindakan pendisiplinan akan dilakukan. Ia perlu mengulang satu tahun, namun itu tidak masalah karena ia sudah mempersiapkannya. Dan seperti itulah Li Zheng melihat Shao Xi dengan mata merahnya keluar dari bioskop. Ironis! Shao Xi ingat bahwa Mama Zhong memberitahunya bahwa Li Zheng pergi ke bioskop dengan temannya untuk merayakan selesainya ujian. Karena itulah begitu ia melihat Li Zheng dengan Da Mao, ia berpikir bahwa Da Mao adalah teman yang dimaksud Mama Zhong akan bertemu dengan Li Zheng. Ah… Lagi-lagi kesalahpahaman.


  

Shao Xi segera lari dan Li Zheng kehilangan jejaknya diantara begitu banyak orang. Ia berusaha untuk mengejarnya namun tidak berhasil. Da Mao berhasil menyusul Li Zheng di jembatan dan memintanya untuk menjelaskan. Da Mao sungguh berada di waktu dan tempat yang salah, karena yang terjadi berikutnya sungguh menyeramkan. Li Zheng hampir menggila dan meluapkan amarahnya pada Da Mao. Ia mencengkeram leher Da Mao dan mengancam akan mendorongnya dari jembatan. Ia menggunakan ilmu statistik, dan kepintarannya untuk menakut-nakuti Da Mao setengah mati. Li Zheng adalah setan dalam wujud orang. Ia bahkan mengatakan dengan sistematis, tanpa basa-basi, bagaimana ia akan meyakinkan semua orang bahwa itu semua hanya kecelakaan. Adegan ini sangat suram, terlalu suram untuk drama komedi romantis, tapi ini mendukung hipotesisku dari rekap sebelumnya: Li Zheng menyembunyikan pribadi yang agak gila dibalik pribadinya yang kaku. Dan tentu saja, Da Mao ditinggalkan begitu saja dalam keadaan kaget. Ia hidup, tapi tentunya sangat kaget.


Kembali di kamarnya, Shao Xi mengganti gaun merah mudanya dan merusak pengingat-pengingat taruhan. Li Zheng mengetuk pintu kamarnya, dan bertanya apakah ia membuatnya menangis. Shao Xi menyangkalnya, dan ingin menutup pintu di hadapannya, namun Li Zheng menahannya. Li Zheng meminta waktu untuk menyelesaikan masalah mereka, dan Shao Xi setuju. Mereka berdua pergi ke taman untuk berdiskusi. Li Zheng memulai dengan menanyakan apakah kemarahan Shao Xi adalah karena ia meninggalkannya begitu saja di bioskop. Shao Xi menjelaskan bahwa ia merindukan interaksi mereka sebelum semua kesalah-pahaman terjadi. Ia berharap bahwa kencan di bioskop bisa menjadi titik balik bagi hubungan mereka. Namun ia sadar bahwa ini semua hanyalah impian belaka, karena ia tidak pernah mengatakan bahwa ia akan menemaninya pergi ke taruhan nonton tersebut. Ini sangat menyedihkan! Shao Xi melanjutkan, bahwa ia juga tidak bisa menyalahkan Li Zheng karena tidak mengerti, karena ia juga tidak sepenuhnya jujur dengan Li Zheng. Dan! Shao Xi menyatakan perasaannya! Aku suka acara ini, baru episode 4! Kita sudah mendapatkan pengakuan seperti ini.


Shao Xi menjelaskan bahwa dari sejumlah ketakutannya akan ketidak pastian, ia selalu menahan diri. Sekarang ia sadar bahwa menghindar bukanlah cara yang benar. Berusaha untuk mengembalikan suasana, Shao Xi bertanya pada Li Zheng apakah ia juga menyukainya. Mendengarkan pengakuan Shao Xi, Li Zheng sempat terdiam sesaat. Li Zheng membuatku agak tidak sabar dengan kurangnya reaksi dari dirinya, tapi aku kembali mengingatkan diriku sendiri bahwa kalau berbicara mengenai emosi, Li Zheng sama saja seperti bayi yang baru lahir.


Shao Xi berniat untuk pergi karena sepertinya ia hanya berbicara dengan dirinya sendiri. Namun kemudian Li Zheng meraih pergelangan tangannya untuk menghentikannya. Siapa yang tidak menyukai adegan seperti ini? Hehehe.. Mirip dengan Shao Xi, Li Zheng berbicara panjang lebar, mengenai bagaimana ia tidak pernah berpikir bahwa ia bisa dicintai karena ia tidak memiliki memori apapun, tidak memiliki teman, dan bahkan tidak beremosi. Namun sejak bertemu dengannya, Li Zheng merasa dirinya berubah. Ia sayang pada Shao Xi, namun ia tidak menyukainya (seperti Shao Xi menyukai Li Zheng). Ah… Dia ditolak.. Shao Xi menawarkan perjanjian dimana mereka berdua akan melupakan mengenai pernyataan ini dan yang paling utama tetap menjadi teman dan keluarga. Ia berjanji mulai saat ini ia tidak akan menyukai Li Zheng lagi. Li Zheng setuju dengan hal itu. Bodoh! Lihat saja nanti siapa yang akan menyesali perjanjian ini duluan! Baik Li Zheng maupun Shao Xi sama-sama menyangkali perasaan mereka. Dalam perjalanan kembali ke rumah, mereka membicarakan semua hal kecuali hal yang ingin dibahas oleh Shao Xi.

  

Li Zheng menjemput Shao Xi sepulang sekolah, dan Shao Xi memberitahunya bahwa Da Mao akan pindah sekolah. Shao Xi terkejut ketika melihat Li Zheng yang hampir tidak bereaksi apapun atas berita itu, karena Shao Xi berpikir bahwa Da Mao adalah teman baik Li Zheng. Li Zheng tentunya menolak hal ini, dan menyatakan bahwa Shao Xi adalah satu-satunya teman yang ia miliki. Kenapa Li Zheng selalu membatasinya sebagai teman? Sebentar lagi , aku yakin ia pasti tidak akan bisa lagi lepas dari label ini. Ini membuatku kesal! Bukankah mereka sudah bertunangan? Dimana pemeran utama kedua kita? Lagi-lagi, baik di rumah maupun di sekolah mereka meneruskan berpura-pura. Mereka memasang foto keluarga bersama, dan Shao Xi menghiasi kamar Li Zheng dengan barang-barang miliknya agar lebih hangat, karena menurut Shao Xi kamar Li Zheng terlihat kurang ‘hidup’. Mereka belajar bersama di cafe. Hubungan Shao Xi dan Li Zheng terlihat lebih dekat dari luar karena mereka selalu bersama, tapi mereka tidak membicarakan apapun yang justru penting, ada jarak yang sangat besar diantara mereka.




Shao Xi sedang berlatih untuk meningkatkan penampilannya. Dalam percobaannya yang ketiga, ia jatuh dan terluka. Li Zheng yang sudah mengamati sejak awal, langsung berlari. Ia menggendongnya saat Xiao Yu menolak. Tapi ia memperkenalkan diri sebagai kakak Shao Xi. Oh, kau akan sangat menyesali ini, aku yakin! Seorang teman sudah cukup buruk, tapi kau bilang kakaknya? Itu lebih buruk lagi. Seorang gadis tidak akan mengencani kakaknya, kau sudah menggali kuburanmu sendiri. Tapi tetap saja, caranya menggendong Shao Xi.. Membuatku tersipu!



Dokter menyatakan bahwa Shao Xi keseleo, namun ia akan baik-baik saja setelah beristirahat beberapa hari. Xiao Yu, si teman yang setia, (sebuah sarkasme tentunya), menanyakan bagaimana nasib tim sekolah, tanpa pemain terbaiknya. Pelatih mereka yang bijak menyarankan agar Shao Xi beristirahat, karena kesehatannya lebih penting daripada pertandingan apapun. Pembicaraan tersebut berakhir disitu, tapi Li Zheng menyadari betapa Shao Xi berada di bawah tekanan. Kembali di rumah, Papa dan Mama Zhong juga berpikiran yang sama mengenai Xiao Yu. Mereka bertanya apakah Shao Xi masih bisa bertanding, karena mereka sudah mengundang bibi dan paman Shao Xi untuk mendukung Shao Xi. Shao Xi memasang wajah beraninya, dan berbohong pada orang tuanya: bahwa ia tidak akan ikut pertandingan karena ia lupa mendaftar.


Shao Xi sedang membolos kelas dan menghabiskan waktu di atap sekolah ketika Li Zheng datang menghampirinya. Li Zheng mengajak Shao Xi untuk pergi dari sekolah bersama. Li Zheng bermaksud untuk membantu Shao Xi turun dari tembok sekolah, tapi tentu saja Shao Xi menghindar. Bukan pilihan yang baik mengingat ia sedang keseleo. Tapi untungnya Li Zheng sempat menahannya ketika ia sudah turun, dan mereka sempat sangat canggung ketika saling bertatapan. Li Zheng memanggil taksi dan keduanya berkeliling kota bersama. Li Zheng mulai memberikan sinyal yang bercampur pada Shao Xi. Selama mereka membolos sekolah, mereka berbicara lewat telepati. Agak aneh namun ini menunjukkan betapa dekatnya mereka sesungguhnya.


Mereka berhenti di tepian sungai, dan Li Zheng akhirnya bertanya pada Shao Xi apakah ia sudah siap memberitahunya mengapa ia begitu murung. Ia menebak karena Shao Xi takut kalah, dan karena itu tidak ingin menanggung malu. Tebakan itu tepat sekali, dan karena itu Li Zheng mengatakan bahwa Papa dan Mama Zhong tidak akan perduli pada hasil akhir pertandingan. Mereka hanya ingin mendukung Shao Xi. Tapi Shao Xi tidak ingin orang tuanya melihat bahwa ia kalah, dan karena itu ia merasa bahwa lebih baik ia tidak datang. Li Zheng mendorong dahi Shao Xi karena ia terlalu banyak berpikir, dan Li Zheng juga mengatakan bahwa kalau melarikan diri bukan jalan yang tepat. Karena kalau tidak, ia tidak akan sekecewa ini. Li Zheng mendorong Shao Xi untuk memikirkannya baik-baik sebelum memutuskan untuk menyerah. Shao Xi akhirnya terlihat lebih baik.




Di hari pertandingan, di sekolah Ru Ping memaksa Xiao Yu untuk membolos dan mendukung Shao Xi. Xiao Yu ragu-ragu karena ia tidak ingin dianggap membolos. Namun Ru Ping memaksa, dan ia sedang bersama kedua temannya melompati dinding sekolah ketika Guru Disiplin memergoki mereka. Mereka menyalahkan Xiao Yu karena sudah melaporkan mereka pada guru. Li Zheng mendengar dan melihat semua itu, dan menjadi yakin bahwa ia harus datang ke pertandingan itu. Maka ia melompati tembok sekolah dan berlari ke tempat pertandingan. Ia sampai tepat untuk melihat Shao Xi memenangkan pertandingannya. Episode ini berakhir dengan Li Zheng - melalui telepati - memberikan selamat pada Shao Xi, dan Shao Xi menunjukkan rasa terima kasihnya karena Li Zheng sudah datang.

Komentar


Dari semua episode yang sudah tayang, menurutku episode 4 ini merupakan episode yang paling membosankan dan tidak banyak hal yang terjadi. Sepertinya sesuatu yang besar akan terjadi, terutama dengan pengakuan Shao Xi dan Li Zheng yang lebih membuka hatinya. Namun sampai akhir, tidak apa-apa! Hubungan mereka tetap di tempat yang sama dan Li Zheng tidak terlihat semakin mendekati momen dimana ia menyadari perasaannya yang semakin berkembang untuk Shao Xi. Ia malah justru melihat dirinya lebih sebagai teman baik, dan sebagai saudara. Dan siapa di sini merasa Li Zheng akan terlebih dahulu menyesali janji itu? Aku! Di samping itu, episode ini menonjolkan beberapa lokasi syuting yang tercantik: sebuah kebun menghadap jembatan, perjalanan perahu dengan pemandangan gedung-gedung cakrawala di belakangnya, jalur sepeda sepanjang sungai, dan tepi sungai. Aku kagum atas cinematografi-nya.




Cukup sulit untuk menerima jalan cerita dimana Li Zheng tidak menyukai Shao Xi, dan hanya sekedar perhatian padanya. Tatapan cemburu Li Zheng ketika ia melihat Shao Xi memeluk Xiao Yu, hingga rangkuman buku latihan untuk Shao Xi, semua ini menunjukkan bahwa  Shao Xi sangat penting untuknya. Lebih penting dari sekedar teman, atau teman baik. Tindakannya lebih biasa dilakukan dalam hubungan asmara, atau sebagai pasangan. Li Zheng, kumohon segeralah berada di posisi itu. Sudah waktunya bagi pemeran utama kedua kita, Wang Jin Li untuk masuk. Ia akan menyediakan dorongan yang cukup agar hubungan OTP kita segera bergerak. Terutama dengan melihat bahwa Shao Xi sekarang sedang menjauh dari Li Zheng, berusaha untuk melupakan perasaannya pada Li Zheng.


Konfrontasi Li Zheng dan Da Mao di jembatan merupakan adegan yang paling kuingat dari episode ini. Kalau seseorang melihatnya tanpa mengetahui latar belakangnya, Li Zheng memang terlihat agak gila. Tapi kurasa kita harus ingat bahwa, pertama, Li Zheng diintimidasi oleh teman-temannya saya kecil, dan kedua Da Mao juga mengintimidasi Shao Xi. Tidak ada alasan apapun yang bisa digunakan untuk tindakan yang sudah dilakukannya, karena itu sungguh keterlaluan, dan kurasa termasuk ilegal di banyak negara, tapi aku juga bisa mengerti akan hal itu.




0 komentar:

Posting Komentar