Sabtu, 02 September 2017

[REKAP/IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Episode 3

T-Drama
ATTENTION, LOVE!

Rekap Episode 3

(Diterjemahkan oleh Sunkizz)
  


Kita kembali ke adegan dimana seorang siswi junior menyatakan cinta pada Shao Xi. Shao Xi bertanya padanya mengapa dia menyatakan cinta padanya kalau dia tahu bahwa Shao Xi menyukai pria dan dia pasti akan ditolak. Balasan junior itu menorehkan sebuah nada pada Shao Xi saat dia berkata, "Karena aku tidak ingin menyesalinya, ada beberapa jawaban yang hanya kau akan ketahui dengan bertanya”. Shao Xi diam-diam merenungkannya selama latihan dan memutuskan untuk mengikuti keputusan junior untuk menyatakan cinta  pada Li Zheng. Shao Xi pergi menemui Li Zheng dan menangkapnya saat dia sedang berbincang dengan teman sekelasnya. Teman sekelas Li Zheng menanyakan hubungannya dengan Shao Xi. Teman sekelasnya bingung mengapa dia terus membiarkan Shao Xi berkeliaran disekitarnya karena mereka memandangnya sebagai pengganggu besar. Mereka bertanya apakah Li Zheng memiliki perasaan untuk Shao Xi. Shao Xi berhenti di jalurnya dan terus menguping. Li Zheng menjawab bahwa dia tidak menganggap Shao Xi sebagai adik perempuan tapi lebih kepada seorang adik laki-laki. Salah membaca situasi, Shao Xi berbalik, pergi, dan tidak mendengarkan penjelasan Li Zheng. Mirip dengan kakak laki-laki, dia menjelaskan lebih jauh bahwa dia tidak akan pernah mentoleransi siapapun yang menggertak atau mencemooh Shao Xi. Ekspresi wajahnya sangat menakutkan sehingga teman sekelasnya meninggalkan dengan gugup. Rasakan! Dan mari kita sambut kecemasan dan kesalahpahaman.


  


Sekarang kita kembali ke episode terakhir dimana Shao Xi menangkap Da Mao, si penindas, membaca catatan hariannya ke seluruh kelas. Shao Xi dipermalukan dan Ru Ping dengan putus asa berusaha merebut buku harian itu. Aku tidak bisa percaya Ru Ping adalah orang satu-satunya yang membela Shao Xi sementara anggota murid lainnya menghasut Da Mao. SMA bisa benar-benar kejam. Li Zheng bergegas turun dari kelasnya untuk mencari Shao Xi. Berita tentang penghinaan Shao Xi pasti sudah menyebar. Ketika dia tiba, dia menemukan Shao Xi meraih leher Da Mao. Li Zheng perlahan menenangkannya dan meyakinkannya untuk melepaskan Da Mao. Dia kemudian memeluk Shao Xi dan dia terus menangis dalam pelukannya. Aduh.. Sekarang giliran Li Zheng yang melihat Da Mao dengan penuh kenegatifan. Aku mencurigai Li Zheng menyembunyikan psikopat gila di bawah kepribadiannya yang kaku karena aku benar-benar akan takut jika ada orang yang menatapku seperti yang dilakukan Li Zheng pada Da Mao.




Shao Xi mulai sadar  karena semua mata tertuju padanya. Jadi, dia mendorong Li Zheng, mengambil buku hariannya dari lantai, dan berlari keluar. Li Zheng dan Ru Ping mengikutinya. Li Zheng mengambil belokan yang salah dan kehilangan Shao Xi. Shao Xi sampai di kolam sekolah dan mulai merobek buku hariannya dan melemparkannya ke kolam. Li Zheng ingin mendekatinya tapi Ru Ping datang lebih dulu dan dia berhenti. Ru Ping menghiburnya dan Shao Xi menangis. Ru Ping dan Shao Xi mengeringkan diri di toilet. Shao Xi akhirnya memberitahu Ru Ping tentang Li Zheng tinggal di rumahnya dan bahwa dia adalah tunangannya. Ru Ping bertanya apakah Li Zheng tahu Shao Xi menyukainya. Shao Xi mengaku tidak tahu apapun.


Ru Ping mengajukan diri untuk mengantar Shao Xi pulang saat hujan karena dia tidak membawa payung. Shao Xi menolak tawaran itu dan memutuskan untuk berlari sepanjang perjalanan pulang hanya dengan tasnya sebagai penutup tubuhnya. Dalam perjalanan, dia menemui Li Zheng yang memegang payung dan mungkin juga dalam perjalanan pulang. Li Zheng meraih tangannya dan menariknya ke bawah payung. Shao Xi menatapnya tapi memutuskan untuk terus berlari pulang. Oh noble idiocy!


  


Di rumah dan sedih, Shao Xi memutuskan untuk memotong tali merahnya. Ketika guntingnya gagal, dia mengeluarkan pemotong lainnya tapi tetap gagal. Li Zheng datang untuk membantu dan dengan mudah, dia memotongnya. Seharusnya aku berteriak kegirangan saat ini karena ini bukankah konfirmasi bahwa Li Zheng memang ditakdirkan dengannya?! Tapi kenapa suasananya menjadi canggung?! Li Zheng bertanya apakah Shao Xi menyukainya tetapi dia membantah dengan keras. Sedikit terlalu keras sebenarnya! Li Zheng, yang seharusnya lebih mengenal Shao Xi saat ini, seharusnya sudah bisa melihatnya. Melarikan diri lagi ke luar rumahnya, Shao Xi teringat nasib buruk yang akan menimpa saat dia sengaja memotong tali itu. Jadi langsung, Shao Xi menginjak sebuah botol dan jatuh. Li Zheng ingin membantunya. Tapi sekali lagi, kebodohan mengambil alih. Shao Xi mengabaikannya dan pergi.




Sejak hari itu, Shao Xi menghindari Li Zheng seperti dia adalah kuman. Li Zheng melakukan hal yang sama dan Shao Xi melihatnya sebagai konfirmasi bahwa Li Zheng terbebani oleh perasaan sukanya. Semua orang di sekolah menyimpulkan bahwa pria yang disukai Shao Xi kemungkinan besar adalah Li Zheng. Ada berbagai reaksi dukungan dan ketidakpercayaan dari teman sekelas Shao Xi dan perlawanan mencolok dari siswa Kelas A. Ru Ping dan Shao Xi berjalan saat istirahat dan Shao Xi melihat banyak mata tertuju padanya. Dia bertanya Ru Ping apa yang sedang terjadi dan Ru Ping dengan gugup mengakui bahwa tidak hanya seluruh sekolah tahu Li Zheng adalah pria yang disukai Shao Xi, mereka juga bertaruh apakah Shao Xi akan memaksa Li Zheng untuk menjadi pacarnya. Ha ha ha…


Shao Xi berlari ke kelasnya dan menyatakan di depan semua orang bahwa pria yang dia sukai bukan Li Zheng tapi itu Xiao Yu. Tidak ada yang benar-benar mempercayainya tapi Shao Xi secara terbuka menyatakan cintanya, menginjak sepatunya dan mengancamnya dengan luka ringan jika dia tidak segera membalasnya. Jadi karena didukung seluruh kelas dan setelah membaca puisi Wen Tian Xiang (seorang patriot dari Dinasti Song Selatan) tentang kesetiaan, Xiao Yu setuju untuk menjadi pacarnya. Hahaha ... Rupanya seluruh sekolah benar-benar mengenal Shao Xi dengan baik. Dia sebenarnya, mampu memaksa seorang anak laki-laki untuk menjadi pacarnya. Agak ironis bagaimana dia melakukan hal ini untuk membantah (tidak menyukai Li Zheng dan tidak akan memaksa Li Zheng menjadi pacarnya) tetapi akhirnya melakukan hal yang justru ingin dibantah (memaksa Xiao Yu menjadi pacarnya).


  


Berita tentang pacar baru Shao Xi tersebar di seluruh sekolah dan Li Zheng mendengarnya. Dia dengan tenang mengemasi tasnya dan meninggalkan kelas tapi dia berhenti di jalurnya saat melihat pasangan baru itu berjalan bersama-sama bergandengan tangan di bawah. Apakah itu cemburu?! Di lantai bawah, Xiao Yu memohon agar Shao Xi melepaskannya dan jangan mengganggunya lagi. Lucu sekali! Shao Xi menjelaskan bahwa dia tidak menyukai Xiao Yu tapi hanya membutuhkannya untuk bertindak sebagai pacarnya selama seminggu sampai gosipnya pindah ke topik lain. Shao Xi mengingatkan Xiao Yu bahwa Shao Xi menyelamatkannya saat gadis Jin Pai mengganggunya. Xiao Yu dengan enggan setuju.


  


Ru Ping melihat Li Zheng dan menghentikannya. Dia menjelaskan bahwa hubungan Shao Xi dengan Xiao Yu hanyalah sandiwara, karena dia tidak ingin Li Zheng terganggu oleh gosip-gosip tentang dirinya dan Li Zheng. Ru Ping juga mendesak Li Zheng untuk tidak salah paham dengan Shao Xi. Dia menjelaskan bahwa Shao Xi mendapat julukan 'Zhong Ke' karena Shao Xi membela Ru Ping saat Da Mao menindasnya di tahun lalu. Amunisi Da Mao tampaknya tetap sama sejak saat itu. Dia juga, secara kasar mengambil buku catatan Ru Ping, mengejeknya, dan mulai merobek halaman dari buku catatannya. Aku benar-benar benci penindasan! Shao Xi datang dan menghantam Da Mao ke sebuah meja. Dia bahkan membuatnya meminta maaf sebelum menyuruhnya pergi. Ayo buktikan bahwa wanita juga bisa! Shao Xi dihukum tapi mendapatkan teman setia sebagai balasannya. Ru Ping dan Shao Xi tidak dapat dipisahkan sejak saat itu. Mendengarkan cerita Ru Ping, wajah Li Zheng mulai bersinar. Ru Ping secara tidak langsung mengkonfirmasi bahwa Shao Xi menyukainya dan karena itu, berharap agar Li Zheng tidak mengejek perasaannya.


Kita mulai menggali lebih dalam karakter Li Zheng dengan adegan kilas balik yang menunjukkan bahwa dulu, dia juga diganggu oleh teman-teman sekelasnya karena anak yatim. Kupikir ini akan menjadi penting nantinya. Li Zheng tiba di rumah dan meminta Shao Xi untuk datang ke les yang dia lewatkan kemarin. Shao Xi memberitahunya bahwa karena dia sudah memiliki Xiao Yu di sisinya, Li Zheng tidak perlu lagi mengajarinya. Li Zheng bertanya apakah dia benar-benar menyukai Xiao Yu. Dia berbohong dan mengatakan bahwa dia menyukainya. Li Zheng tersenyum, tapi jelas itu hanya berpura-pura karena senyumnya tidak sampai ke matanya, dan setuju untuk melepaskannya dari sesi les mereka. Sinyal: Mendekat padamu ... Li Zheng sebenarnya mengumpulkan halaman dari buku harian Shao Xi yang dilemparkan ke kolam. Dia mendapat konfirmasi lebih lanjut bahwa Shao Xi memang menyukainya. Shao Xi dan Li Zheng mengenang. Shao Xi mulai menangis. Gadis yang malang!


Malam itu saat makan malam, Ayah dan Ibu Zhong melihat keheningan yang canggung di antara kedua anak muda itu dan bertanya apakah mereka bertengkar. Baik Li Zheng maupun Shao Xi membantahnya. Ibu Zhong menyadari bahwa Shao Xi tidak lagi memakai tali merahnya. Dia mulai teringat akan jaminan Guru Yue'er bahwa tali Shao Xi tidak akan pernah putus dan harus dipotong seandainya dia ingin berkencan. Ibu Zhong penasaran ... Ibu Zhong mengingatkan Shao Xi bahwa dia tidak bisa memotong tali merahnya hanya karena ingin berkencan. Shao Xi meyakinkannya bahwa dia memotongnya karena dia alergi. Sedikit yang mereka tahu, Ayah Zhong mendengar keseluruhan pertukaran ini dan kembali dalam mode perlindungan penuh.


  


Xiao Yu mampir ke kafe terdekat untuk memesan makanan. Shao Xi melihatnya dan mulai memeluknya. Xiao Yu memohon untuk dilepaskan saat ia mulai mendapatkan tatapan jahat dari siswa lainnya. Hei! Lebih berani sedikit, kenapa? Ayah Zhong mengikuti Shao Xi dan melihat Shao Xi berpelukan dan bersumpah akan mengakhiri hubungan ini. Ayah Zhong pergi ke sekolah dan mulai berteriak pada Xiao Yu karena berkencan dengan Shao Xi. Shao Xi menghentikannya tapi Xiao Yu sudah muak. Dia tidak ingin disalahpahami lebih lanjut sehingga dia menyatakan bahwa dia bukan pacar Shao Xi yang sebenarnya dan bahwa dia menyukai dan sudah menyukai Ru Ping selama bertahun-tahun. Dia bertanya kepada Ru Ping apakah dia juga menyukainya tetapi dia ditolak.
  


Li Zheng mendengar rencana Da Mao untuk menyakiti Shao Xi. Li Zheng kembali dalam mode keteguhannya dan tampaknya akan membuat sebuah rencana. Di lapangan basket, Da Mao sedang bermain dan berteriak pada sahabatnya karena kalah darinya meskipun mereka berdua dan dia sendirian. Li Zheng menantang Da Mao untuk bertanding dan keduanya berkemampuan mirip. Ru Ping datang mencari Shao Xi untuk memberitahukan tentang permainan ini. Ketika dia tiba, dia menangkap akhir permainan di mana Li Zheng tampaknya mengalahkan Da Mao dalam permainan bola basket dan secara tidak sengaja membuatnya terjatuh. Da Mao marah pada awalnya tapi ketika Li Zheng meminta maaf, dia menerimanya. Kedua anak laki-laki itu sepertinya mulai berteman dan Shao Xi melihat semuanya ini. Dia kecewa dan Li Zheng tampak kaget pada awalnya melihat Shao Xi berada di sana, tapi Li Zheng memalingkan wajahnya dan terus bersikap ramah dengan Da Mao. Hmmm…


Ru Ping marah pada Li Zheng karena berteman dengan Da Mao meskipun Li Zheng tahu kalau dia menindas Shao Xi. Shao Xi pura-pura tidak peduli, lagi-lagi dengan berlebihan, dan ketika kedua gadis itu berpapasan dengan Li Zheng di koridor, mereka mengabaikannya. Li Zheng menoleh ke belakang dan saat dia melihat Shao Xi asik mengobrol dengan Ru Ping, dia jelas-jelas iri.


Li Zheng dan Da Mao sedang bermain bersama sepulang sekolah. Jelas dari pertanyaan Li Zheng yang tenang dan bijaksana, dia merencanakan sesuatu. Balas dendam mungkin?! Kedua anak laki-laki itu mulai berbicara tentang ujian yang akan datang: di mana kertas ujian itu disimpan sebelum ujian dan bagaimana Li Zheng mengetahui sandi brankas tempat kertas ujian itu berada. Da Mao tidak percaya bahwa Li Zheng mengetahui sandinya setelah melihatnya sekali saja. Tapi dia menantang Da Mao untuk mencobanya. Da Mao benar-benar dalam bahaya. Li Zheng sudah mengeluarkan taringnya. Kembali ke rumah di meja makan, Papa Zhong menanyakan keberadaan Li Zheng pada Shao Xi. Shao Xi menjawab bahwa dia tidak tahu di mana dia dan sinyal: Li Zheng masuk. Tetapi setelah Li Zheng duduk, Shao Xi segera menghabiskan makanannya dan meninggalkan meja. Ayah dan Ibu Zhong melihat ada yang aneh dan tak bisa memahaminya. Li Zheng tampaknya sedang berpikir serius.




Shao Xi pergi ke kamarnya dan mulai bermain game. Sekarang, pemeran pria kedua, Wang Jin Li (Riley Wang), akhirnya muncul. Shao Xi tampaknya memainkan game online yang sama dengan Jin Li. Oh, ini akan menjadi menarik. Lihatlah lesung pipi itu!




Li Zheng mengetuk pintu kamar Shao Xi untuk mengirimkan beberapa buku latihan yang dia berikan tanda untuk mendorong Shao Xi belajar. Aku suka betapa perhatiannya Li Zheng dan aku benci mereka tidak akur. Shao Xi diingatkan lagi tentang taruhan mereka dan termotivasi untuk belajar. Ru Ping bingung dengan ketekunan Shao Xi dan bertanya apakah ada yang tidak beres dengannya. Hahaha ... Dia terus mengganggu Shao Xi saat mereka keluar kelas. Kedua gadis itu berpapasan dengan di Zheng di tangga dan melihat saat Da Mao ingin berbicara berdua dengan Li Zheng. Tenanglah Shao Xi! Jangan khawatir Li Zheng punya rencana untuk membalaskan dendammu. Ru Ping bertanya apakah Shao Xi sedang belajar karena Li Zheng dan setelah diganggu terus, Shao Xi menceritakan taruhan itu. Ru Ping menekankan bahwa Li Zheng taruhan sebelum mengetahui perasaan Shao Xi terhadapnya dan dengan hati-hati mengingatkannya untuk tidak terus berharap.




Da Mao mengintai di luar kantor guru dan mendorong Li Zheng untuk mengalihkan perhatian satu-satunya guru di dalam. Dia kemudian masuk dan membuka brankas dengan kode kombinasi yang dibocorkan Li Zheng. Dia berhasil dan mulai memotret semua kunci jawabannya. Setelah selesai, dia mengembalikan semuanya dengan baik dan bahkan memastikan bahwa kertas ujian ditempatkan di rak yang benar. Li Zheng mengantar gurunya kembali ke kantor setelah meminta maaf karena telah membawanya pergi sia-sia. Da Mao pergi ketika guru dan Li Zheng kembali ke kantor.




Shao Xi ingin mengakhiri sesi belajarnya tetapi teringat akan taruhannya, dan terus belajar. Di kamar sebelah, Li Zheng juga masih terbangun dan mendengarkan musik sambil memegang dua tiket film yang dia beli. Hal yang perlu diperhatikan: Li Zheng membeli tiket film cewek. Hehehe ... Akui saja kau menyukainya!


Ujian sedang berlangsung, Guru memperhatikan Shao Xi bekerja keras untuk menguraikan jawaban pertanyaannya. Gurunya tampak puas. Bagus! Paling tidak, gurunya tidak akan mencurigainya atas prestasinya yang tinggi. Guru juga menyadari Da Mao yang tidak menguraikan pertanyaan dan hanya menulis jawaban dengan sedikit bahagia. Hasil ujian keluar dan Shao Xi mengetahui bahwa dia berada di peringkati 87 dan karena itu, dia memenangkan taruhan. Kedua gadis itu melihat Li Zheng dan Ru Ping penasaran apakah Li Zheng masih ingat akan taruhannya. Dia tampak tenang seperti biasa dan sulit dibaca. Tapi Shao Xi tak memperdulikan semua itu dan hanya ingin bahagia atas prestasinya.




Para guru memanggil Da Mao ke kantor dan bertanya kepadanya. Rupanya, para guru menduga ada pembocoran ujian dan mengacak pertanyaan. Da Mao tertangkap karena semua jawabannya sesuai dengan jawaban kunci ujian asli. Guru memintanya untuk berterus terang jika dia tidak mau dilaporkan ke polisi atas tuduhan mencuri dan menipu. Da Mao tetap diam. Sang guru kemudian menjelaskan bahwa dia menjadi curiga karena kertas ujian berpindah dari rak paling bawah ke atas. Da Mao berteriak tidak mungkin karena dia dengan hati-hati mengembalikan semuanya ke posisi semula. Dan dia tertangkap.




Di kamarnya, Shao Xi mempersiapkan dirinya untuk kencan nontonnya dengan Li Zheng. Dia pergi setelah dia puas dengan penampilannya. Hmmm ... apakah hanya aku? Bagaimana dia memadukan gaun pink itu kurang oke. Dia mengambil tiket film yang terlampir dengan catatan selamat dari Li Zheng atas prestasinya dan mengajak berkencan. Shao Xi bertemu ibunya dalam perjalanan keluar dan Ibu  Zhong bertanya apakah dia pergi berkencan. Shao Xi menanyakan keberadaan Li Zheng. Ibu Zhong menjawab: sama seperti dirinya, Li Zheng juga pergi keluar untuk menonton film bersama seorang teman untuk merayakan akhir ujian. Ibu Zhong memasangkan kedua petunjuk ini dan bertanya-tanya apakah Shao Xi berkencan dengan Li Zheng. Shao Xi terus menyangkalnya. Ibu Zhong hanya tersenyum penuh arti.




Di depan bioskop, sebuah tangan menepuk bahu Li Zheng. Dia tersenyum dan berbalik. Senyumnya memudar saat melihat itu adalah Da Mao. Shao Xi melihat kedua anak laki-laki itu berkeliaran dan melebarkan matanya karena terkejut.


Komentar
Aku suka episode ini. Banyak perkembangan karakter yang terjadi terutama pada Li Zheng. Sebagai mantan korban penindasan, dia tidak tahan melihat orang yang ditindas. Kupikir itulah sebabnya dia bersedia untuk mengobrol dengan Ru Ping dan bahkan sopan. Aku juga positif bahwa ini juga alasan mengapa dia merencanakan sesuatu yang rumit untuk membalas Shao Xi. Kupikir penulis ingin menekankan bahwa meskipun Shao Xi suka pada Li Zheng, Li Zheng mungkin hanya melindunginya karena peduli. Yah! Tapi jujur aku merasa sulit menelannya. Karena saat dia memasangkan lencana pada dirinya di Episode 2, tampilan yang dia berikan bukanlah bersifat persaudaraan.




Aku akan mengatakannya sekali lagi. Joanne Tseng adalah aktris yang hebat. Caranya menggambarkan emosinya saat Da Mao mengungkapkan pikirannya yang terdalam kepada semua orang. Wah! Aku bisa merasakan kemarahan, depresi, dan akhirnya, penerimaan  karena rahasianya sudah terungkap. Ru Ping adalah teman setia dan selalu berada di sisinya tapi sifatnya yang meragukan dan pesimis menggangguku.


Kita mulai memasuki masa-masa suram dengan kedua pemeran utama tidak saling berbicara dan juga dengan pengenalan pemeran utama pria kedua. Drama ini sangat pelan dalam memperkenalkan dengan pemeran utama kedua. Kita sampai sekarang masih belum bertemu dengan pemeran wanita lainnya. Aku benar-benar penasaran berapa lama drama ini akan menyeret kesalahpahaman ini dan noble idiocy ( orang yang mengorbankan kebahagiaannya dengan asumsi bahwa dirinya memberikan kebahagiaan kepada orang yang dia korbankan kebahagiaannya ). Hmmm ... Semoga jangan terlalu lama.


0 komentar:

Posting Komentar