Selasa, 17 Oktober 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 11


Shao Xi dan Li Zheng mencari tikus di kamar Shao Xi. Shao Xi mendengar suara dan lompat ke pelukan Li Zheng. Dia terkejut dan keduanya jatuh ke ranjang. Shao Xi jatuh pas di atas Li Zheng. Dia sadar akan kecanggungan posisi mereka dan ingin berdiri. Tetapi Li Zheng menggunakan tangannya untuk mencegah dan menahan dia untuk tetap berada di pelukannya. Hihihi… Shao Xi bertanya mengapa Li Zheng tidak memperkenankan dia bangun. Li Zheng berkata itu semua karena tikus ada di samping ranjang. Ya ampun… Li Zheng memohon agar Shao Xi tetap tenang karena suara keras dapat mengundang kedatangan tikus ke ranjang. Hahaha… Aku tidak bisa tidak memutar mataku karena alasannya benar amat sangat luar biasa ketidak cerdikannya. Sudah lah! Ngaku saja. Shao Xi merasa kalau jantungnya Li Zheng makin cepat berdetak. Li Zheng bergegas melepaskan Shao Xi, meyakinkan dia kalau tikusnya sudah tidak ada, dan menyuruhnya untuk bangun. Li Zheng memperbaiki ranjang untuk menutupi salah tingkahnya dan lalu menyarankan agar mereka tukaran kamar sementara sampai masalah tikus teratasi. Antiklimaks sekali. Aku sangat kecewa. Tidak percaya aku menunggu satu minggu untuk ini. Li Zheng sekarang seperti sedang memainkan perasaan Shao Xi.




Li Zheng terlihat bingung saat dia sendirian di kamar Shao Xi. Kenapa mas? Apa kau benar-benar masih tidak tahu perasaanmu tentang Shao Xi? Shao Xi melihat-lihat sekitar kamarnya. Dia sadar kalau barangnya Li Zheng sangat sedikit. Shao Xi duduk di ranjang dan mulai teringat lagi bagaimana dia terbaring di atasnya. Hatinya berdetak cepat tetapi dia mengingatkan dirinya agar tidak lagi terpengaruh olehnya. Ya, aku pasti mengerti kenapa Shao Xi sangat menjaga perasaanya. Aku mungkin juga sama kalau berada di situasi itu. Dia melihat foto lulusan di meja dan mangambilnya. Shao Xi mengilas balik ke hari kelulusan mereka saat Li Zheng memeluk dan memberitahu untuk tak berhenti mengharapkannya.



Li Zheng meneliti kamar Shao Xi dan berkomentar kalau Shao Xi punya banyak barang sehingga tentu saja, tikus tertarik. Dia merapikan mainannya yang jatuh dan mengambil sepatu putih yang dibelinya. Dia kembali mengingat saat Shao Xi marah padanya karena membuang sepatu tanpa izin. Dia terus membereskan bagian lain. Dia mengambil boneka yang dimenangkan di pasar malam dan duduk di ranjang. Dia ingat kembali saat dia memenangkan itu dan mempersembahkannya ke Shao Xi. Duhhh… Tentu saja sulit bagi Shao Xi untuk melupakan Li Zheng, kamarnya dipenuhi barang kenangan Li Zheng. Dia menekan tombol di tangan kanan boneka dan pengakuan Shao Xi terdengar, “Yan Li Zheng, aku benar-benar suka padamu.” Li Zheng menekannya beberapa kali dan aku meringis melihat ini. Benar seperti dia membaca buku hariannya. Terasa sangat mengganggu menurutku: kesedihannya, keputusasaannya, dan penyesalannya akan cintanya yang bertepuk sebelah tangan tersirat jelas di setiap kata-katanya. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa terkejut mendengar ini. Bukannya sudah terlihat jelas ya? Shao Xi mengaku bukan hanya sekali tetapi dua kali, kepadanya.



Jin Li sedang bersantai di ranjangnya dan dia tiba-tiba ingin mengajak Shao Xi jalan-jalan. Memang, Jin Li itu kontras yang sangat menyegarkan dibandingkan Li Zheng. Saat ini, aku benar sudah kesal karena Li Zheng kurang beraksi. Jin Li menyampaikan undangan melalui lubang pintu tetapi seperti biasanya, takdir suka memainkan lelucon yang kejam padanya. Sebenarnya Li Zheng-lah yang menerima undangan karena sementara tinggal di kamar Shao Xi. Mereka bolak balik bersurat sampai akhirnya, Li Zheng menyemprotkan racun kacoa padanya. Ehhh? Apakah benar racun kacoa? Dan tidakkah itu bahaya kalau terkena mata?! Jin Li mengeluh  akan perbuatan “Shao Xi” dan di kamar Li Zheng, Shao Xi bersin. Li Zheng benar-benar tersenyum nakal di kamar Shao Xi. Hahaha. Dasar cowok!



Keesokan paginya, Jin Li mengetuk pintu Shao Xi untuk mengantar makanan pagi McDonald untuknya. Wah… Jin Li memang paling top! Dia sangat perhatian. Tetapi lagi-lagi, takdir tidak di sisinya. Bukan Shao Xi, tetapi Li Zheng lah yang membuka pintu dan mendengar intensi baiknya. Li Zheng bertanya kenapa dia berdiri di sana pagi-pagi. Jin Li terkejut melihat Li Zheng membuka pintu dan mulai bertanya apakah ada yang terjadi antara dia dan Shao Xi. Li Zheng menyudutkan Jin Li dan memintanya untuk berhenti. Berhenti apa? Kenapa dia harus berhenti? Kau masih saja belum menyatakan apa-apa pada Shao Xi jadi Shao Xi masih sasaran terbuka untuk semua. Kalau ingin tidak ada saingan, sebaiknya bertindaklah Li Zheng.



Dan pas saat itu, Shao Xi keluar kamar dan bertanya mengapa berisik. Jin Li bertanya pada Shao Xi kenapa dia keluar dari kamar Li Zheng. Shao Xi berkata kalau mereka tukaran kamar dan itu bukanlah masalah besar. Dia menyampingkan kedua lelaki untuk menuju kamar mandi. Sendirian, Li Zheng dan Jin Li bertengkar lagi karena kamar yang ditukar. Ini sebenarnya sayang. Mereka berdua mungkin bisa berhubungan baik kalau mereka tidak mengejar gadis yang sama. Mereka menghentikan pertengkaran mereka dan Shao Xi keluar toilet. Shao Xi bertanya kenapa mereka bertengkar tetapi Li Zheng mengalih pembicaraan. Dia menganjurkan kalau Shao Xi tidak kembali ke kamarnya karena semua hal yang kotor di kamarnya datang dari kamar Jin Li yang di seberang. Hahaha. Sangat picik. Shao Xi tidak sadar akan adanya sindiran di kata-kata Li Zheng dan malahan terlihat benar-benar khawatir.




Di kamar Shao Xi, Jin Li, Xiao Ciao, Xiao Yu, dan Han Rong sedang menyelesaikan tugas mereka. Mereka tertawa dan bersorak gembira. Shao Xi bertanya mengapa Han Rong tidak terlihat senang. Han Rong menjelaskan kalau terlalu awal mereka bersenang karena mereka baru saja menyelesaikan bagian tulisan dan masih harus menyelesaikan bagian lisannya. Xiao Yu asal-asalan menyarankan agar mereka memilih satu anggota untuk mempersembahkan proyek mereka dan selesailah sudah. Shao Xi membela Han Rong dan mengusulkan mereka berdiskusi selagi dia menyiapkan mie instant untuk semua.



Jin Li ikut ke dapur untuk membantu Shao Xi mempersiapkan makan malam untuk semua. Shao Xi mengeluarkan beberapa mangkok tetapi sadar kalau masih kurang satu lagi. Dia mencari sekitar dapur dan membuka rak atas. Tetapi satu mangkok tiba-tiba terjatuh dan Jin Li cepat menangkap Shao Xi sebelum mangkok jatuh di kepalanya. Ini adalah adegan dramatis untuk Jin Li. Tetapi bagi Shao Xi, bukanlah hal yang spesial. Shao Xi dengan santainya berterima kasih dan begitu saja. Jin Li terlihat gugup setelah berada dekat dengan Shao Xi dan dengan cepat-cepat balik ke kamar. Tarik napas panjang… Kadang aku benar berharap Jin Li adalah sasaran akhir Shao Xi. Dia melewati Li Zheng dan Xiao Ciao, mereka semua bingung kenapa Jin Li terlihat lain dari biasanya. Li Zheng bertanya apa yang baru saja terjadi tetapi Shao Xi menjawab kalau dia juga, tidak tahu kenapa.


  


Di kamarnya, Jin Li bertanya pada dirinya sendiri kenapa dia tiba-tiba gugup dan kenapa satu lagu cinta terus terputar di pikirannya. Hahaha… Jadi rupanya di drama ini, lagu cinta di pikiran adalah tanda jatuh cinta. Sangat praktis! Han Rong pulang ke rumah dan dia bertemu dengan gadis-gadis Jin Pai di lobi gedungnya. Aduh! Sepertinya akan ada masalah nih.

Shao Xi melewati Jin Li di koridor dan berhenti tuk menyapanya. Dia dengan tenang menyapa balik tetapi lalu, pergi cepat sambil menunduk. Shao Xi mengambil tangannya dan bertanya apakah dia bermasalah. Jin Li melepaskan genggaman Shao Xi dan berkata kalau semuanya baik-baik saja. Shao Xi memintanya untuk tunggu sebentar karena dia juga punya kelas pagi tetapi dia menolak karena satu alasan lemah dan pergi begitu saja. Li Zheng melihat seluruh percakapan mereka. Pertamanya, dia terlihat gelisah karena Shao Xi mengundang tetapi lalu, dia terlihat bingung karen Jin Li tiba-tiba menolak. Selagi mengendari motornya, Jin Li terus bertanya pada dirinya mengapa dia gugup di sekitar Shao Xi.  



Tiba harinya untuk mempersembahkan proyek grup mereka. Shao Xi mencari Han Rong yang masih belum juga datang. Xiao Yu juga bertanya-tanya karena telponnya tidak diangkat. Xiao Ciao menenangkan semua karena masih ada waktu secara mereka bukanlah yang pertama mempersembahkan. Guru datang dan gadis-gadis Jin Pai yang dipanggil pertama. Ketua Jin Pai mulai dengan membeberkan kalau ada satu grup, yaitu grup Shao Xi, yang mengganggu salah satu dari anggotanya, yaitu Han Rong, untuk mengerjakan semua kerjaannya. Jadi kelompok Jin Pai kasihan dan “mengundang” Han Rong untuk bergabung dengan mereka. Hmmm… Dan benar saja, Han Rong datang dan maju ke depan. Xiao Ciao mencoba menahannya tetapi dia menyampingkan tangannya dan terus melaju. Sang guru memberitahukan mereka untuk mulai mempersembahkan tugas mereka dan untuk memberikan rincian masalah setelah kelas berakhir.




Xiao Yu bertanya mengapa Han Rong bergabung dengan pihak Jin Pai. Han Rong mulai berbicara dan memang benar, materi-nya sama seperti grup Shao XI. Para gadis Jin Pai itu lebih seperti hama yang menyebalkan daripada antagonis benaran. Han Rong menyimpulkan presentasinya dan grup Shao Xi dipanggil berikutnya. Shao Xi membulatkan niatnya dan berdiri. Xiao Yu, si pengecut, mencoba menahannya karena tidak ingin hanya mengulang apa yang sudah dipresentasikan tetapi Shao Xi dan Xiao Ciao bertekad teguh. Ketua Jin Pai terlihat puas dan tersenyum karena mengira akan menyaksikan Shao Xi malu habis-habisan. Shao Xi mulai berbicara dan sang guru sadar akan kemiripan kedua pekerjaan kelompok ini. Guru mulai bertanya siapa yang peniru. Shao Xi menjelaskan kalau proyek ini adalah milik mereka dan mereka tidak pernah menyusik Han Rong. Xiao Yu juga menambah kalau mereka baru saja tahu Han Rong mengkhianati mereka. Shao Xi menekankan kalau yang peniru adalah para gadis Jin Pai. Sang guru berkata kalau ini adalah tuduhan serius dan bertanya apakah mereka ada buktinya. Shao Xi terdiam dan ketua Jin Pai-pun tenang karena dia percaya, semua orang menyalin dari Internet. Tetapi tentu saja, Xiao Ciao ada bukti! Aku benar suka karakter ini. Sedikit mengigatkanku akan Elle Woods dari Legally Blonde.




Mereka semua dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Di sana, kepala sekolah menyapa akrab Xiao Ciao yang juga menjawab dengan sama akrabnya, “Halo, Paman Ge.” Semua, termasuk gadis-gadis Jin Pai, tercengang melihat percakapan mereka yang ramah. Kepala sekolah bertanya apa masalahnya dan Xiao Ciao menjelaskan semua. Datanglah ibunya Xiao Ciao yang adalah presiden dari universitas. Kepala sekolah meminta penjelasan lebih dalam karena ini adalah tuduhan serius. Xiao Ciao mengangguk dan lalu terus meminta penjelasan dari ibunya. Dia bertanya apakah ibunya memberikan informasi rahasia pada Xiao Ciao seminggu yang lalu untuk laporannya. Presiden Lu menjawab iya dan dia juga berkata kalau informasi itu sangat rahasia sehingga tidak akan bisa ditemukan di Internet. Dia hanya memberikan informasi ini karena Xiao Ciao berkata informasi ini sangat penting bagi laporannya kalau tidak, dia tidak akan memberikan informasi tersebut. Xiao Ciao lalu menyimpulkan pemeriksaannya sambil bertanya bagaimana informasi rahasia itu bisa juga digunakan di laporan gadis Jin Pai. Dia menyarankan agar para gadis Jin Pai diperiksa karena telah mencuri informasi rahasia satu perusahaan. Hahaha…  



Para gadis Jin Pai langsung menyalahkan semua pada Han Rong. Shao Xi membela Han Rong dan memberitahunya agar jangan takut. Han Rong lalu membuka suara kalau laporan ini memang sebenarnya disiapkan oleh mereka berempat tetapi para gadis Jin Pai memaksanya untuk bohong. Kepala sekolah menyimpulkan kalau masalah ini sudah selesai dan minta guru kelas untuk menyelesaikan masalah menurut peraturan sekolah. Guru menyuruh para gadis Jin Pai untuk pulang ke rumah dan menunggu keputusan dari komite tata tertib. Pihak Ji Pai mencoba untuk menakutkan Han Rong tetapi Shao Xi memasang badan dan akhirnya, Xiao Ciao mengumumkan kalau Shao Xi adalah bawahannya mulai sekarang. Hanya dia, Xiao Ciao, yang berhak marah padanya, memukulnya, dan mengganggunya mulai sekarang. Shao Xi, Han Rong, dan Xiao Yu semua tercengang melihat tingkahnya. Hahaha… Memegang bahkan satu helai rambut Shao Xi berarti berurusan dengan Xiao Ciao. Xiao Ciao kecil-kecil cabe rawit. Sungguh mengesankan! Dia pergi setelah mengeluarkan pernyataan itu dan menyuruh semua untuk ikut dengannya. Shao Xi dan Xiao Yu terdiam sejenak tetapi mereka bersenyum dan dengan senang hati mengikuti Xiao Ciao.



Han Rong, tetapi, masih saja memikirkan pilihannya dan terus melihat ke depan dan belakang antara Jin Pai dan Shao Xi. Dia akhirnya memutuskan untuk mengejar Shao Xi. Pihak Jin Pai sedang menunggu lift dan sang pemimpin bersumpah kalau dia akan terus mengganggu Shao Xi. Li Zheng mendengar percakapan mereka dan terlihat siap untuk lagi-lagi mendorong seseorang dari jembatan.




Han Rong memanggil Shao Xi dan berterima kasih pada semua karena dukungannya. Baru pertama kali ini dia merasa kalau dia benar-benar punya teman sejati. Han Rong menjelaskan kalau dia sebenarnya tidak sudi memberikan laporan mereka ke pihak Jin Pai, tetapi dia takut atas gertakan mereka jadi merasa dia tidak ada pilihan lain. Xiao Ciao bertanya apakah dia salah kalau dia tetap tidak memaafkan setelah mendengar penjelasan Han Rong yang menyedihkan ini. Shao Xi menatap tajam dan Xiao Ciao mundur. Hahaha… Drama ini memang tidak suka terlalu serius. Selalu saja ada lega komedi di adegan serius. Shao Xi menenangkan dia dan berkata kalau walaupun mereka tidak bisa mewakili semua untuk menerima permohonan maafnya, Han Rong masih punya 4 tahun untuk membuktikan karakternya yang sesungguhnya.




Jin Li menghentikan Xiao Yu di koridor sekolah. Dia bertanya bagaimana hasil dari presentasi proyek. Jin Li asal saja menjawabnya dan menyuruhnya untuk bertanya langsung ke Shao Xi. Jin Li terlihat gugup karena gagasan tersebut dan mereka berpisah setelah itu. Tetapi lalu, Jin Li memanggilnya lagi dan bertanya apakah ada masalah di kamar Xiao Yu. Dia menjelaskan kalau dia merasa aneh dan canggung setiap kali dia berada di kamar itu dan khususnya, kalau Shao Xi ada di sekitarnya. Jin Li juga menyanyikan lagu cinta yang setiap kali terputar di benaknya. Hahaha… Xiao Yu menyimpulkan kalau itu memang ada masalah pada dirinya. Jin Li berkesimpulan kalau itu karena kamarnya tidak bersih atau ada yang mengutuk dirinya. Xiao Yu tetapi, menjelaskan kalau gejala-gejala semua mengarahkan pada satu kesimpulan yang tidak dapat dibantahkan: kalau dia benar, benar suka pada Shao Xi. Gejala-gejalanya semua disebabkan oleh cinta. Jin Li tidak percaya tadinya karena dia sudah banyak menjalin hubungan dan tidak pernah merasa seperti ini. Xiao Yu membalas kalau itu karena dia tidak pernah benar-benar suka pada seseorang. Dia membagi pengalamannya setiap kali dia ada di dekat Ru Ping; bagaimana dia menjadi gugup hanya karena dekat dengannya. Jin Li pelan-pelan pergi untuk memikirkan kata-kata Xiao Yu.



Jin Li pulang ke rumah dan mengeluarkan pemutar CD untuk memainkan lagu Tank yang berjudul: “Berikan Aku Cintaku”, lagu yang setiap kali terputar di pikirannya setiap kali Shao Xi ada di sisinya. Dia memerlukan baterai jadi dia pergi ke dapur untuk mencari. Dia duduk dan mulai mendengarkan lagu. Selagi mendengarkan, Shao Xi datang untuk mengambil minuman. Aku rasa para penonton bisa benar-benar melihat momen pas kapan Jin Li mulai sadar akan perasaannya yang sebenarnya. Tuh kan?! Secepat begini seorang karakter harus sadar akan perasaannya. Jin Li menyatakan perasaannya di sana dan saat itu juga. Sayang tapinya, Shao Xi malahan memutar matanya dan pergi. Tarik napas dalam… Aku benar kasihan Jin Li. Kadang aku berharap dia mengalihkan perhatiannya ke Xiao Ciao saja, yang lebih layak untuk diperhatikan. Di kamarnya, Shao Xi menerang kalau Han Rong berhenti sekolah untuk mengambil kembali ujian masuk kuliah dan menjadi seorang aktris. Dan itu secara resmi mengakhiri plot bintang tamu Alice Ke.


  


Di sekolah keesokan harinya, para murid ribut tentang gosip operasi plastik yang dijalani gadis-gadis Jin Pai. Mereka menghadap Shao Xi tetapi dia menyangkal menyebarkan berita itu karena dia tidak cukup peduli tentang masalah itu jadi tidak akan merencanakan pembalasan dendam. Tetapi lagi, ini adalah satu episode yang penuh akhiran alur-alur cerita. Pihak Jin Pai akhirnya bersedia untuk berdamai. Mereka kedua sisi akan saling menjaga diri sendiri dan tidak saling mengganggu lagi. Mereka berpisah dan Xiao Ciao menggelengkan kepala tetapi Shao Xi hanya bingung. Dan tentu saja, dia bingung. Li Zheng-lah yang sebenarnya membalas dendam. Teman-teman sekelas Li Zheng juga sedang membicarakan berita gosip pini. Li Zheng terus memasangkan muka acuh tak peduli. Keren sekali, Li Zheng. Li Zheng benar memang hebat berstrategi; sekarang kalau saja dia menggunakan sedikit dari otaknya yang lihai untuk bertindak… Bai Bai mendekati Li Zheng untuk  mengundangnya ke pesta ulang tahunnya. Dia menolak tentu saja dan pergi menjauh. Tarik napas dalam… Berhenti sajalah Bai Bai. Memang Li Zheng tidak tertarik.




Di satu kafe, Xiao Ciao memperlihatkan foto-foto lelaki di ponselnya untuk pasangan kencan buta. Shao Xi tetap menolak mereka karena berbagai macam alasan. Shao Xi bertanya mengapa Xiao Ciao melakukan ini semua dan Xiao Ciao terus terang menjelaskan kalau ini supaya Shao Xi mempunyai kekasih, Jin Li menyerah, dan akhirnya, mulai memperhatikan Xiao Ciao. Xiao Ciao frustasi karena banyak lelaki yang ditolak jadi dia minta agar Shao Xi menjelaskan tipe-nya atau setidaknya, lelaki yang pernah disukainya. Tentu saja, dia menjelaskan Li Zheng: tipe badannya, cara berpakaiannya, dan bahkan, sifatnya yang mahal senyuman. Rupaya, penjelasan Shao Xi cukup jelas bagi Xiao Ciao sehingga, lelaki yang berikutnya diperkenalkan, dinilai: “lumayan!”



Ru Ping datang berkunjung dan sedang menunggu di luar gedung Shao Xi. Shao Xi dan Xiao Ciao baru saja kembali dari sekolah. Ru Ping dan Xiao Ciao bertengkar kecil tentang siapa teman Shao Xi yang lebih baik. Hahaha… Sedikit kekanak-kanakan, tidak realistis, dan klise tetapi ya sudahlah, siapa juga yang menonton drama karena ‘kebenarannya’? Di kamar Shao Xi, Ru Ping dan Xiao Ciao terus bertengkar masker wajah mana yang lebih baik. Xiao Ciao menggeledah lemari baju Shao Xi untuk mencari pakaian pas untuk berkencan buta tetapi tidak berhasil menemukan yang sesuai. Dia sudah siap tapinya dan mengeluarkan rok putih yang dia bawa dari rumah. Dan makeover-nya terus berlangsung. Ru Ping bahkan mulai menerima Xiao Ciao dan setuju dengan pilihan-pilihannya.




Ketiga gadis itu turun tangga untuk pergi berkencan buta. Mereka berpapasan dengan Li Zheng yang baru saja pulang. Dia melihat pakaian Shao Xi yang lain dari biasanya dan bertanya mengapa dia berpakaian demikian? Shao Xi menyembunyikan rencana kencan buta dan berkata hanya akan makan malam bersama teman. Ru Ping tetapi menjelaskan kalau Shao Xi akan berkencan buta. Li Zheng tetap mempertahankan raut mukanya yang kaku, permisi, dan menyucapkan selamat malam untuk semua. Tarik napas panjang… Kalau tidak memperlihatkan sedikit kecemburuan, idaman/gadis/tunanganmu tidak akan merasa disayangi. Justru sehat kalau memperlihatkan sedikit kecemburuan, malahan itu adalah salah satu keharusan berhubungan. Selagi dia naik tangga, Li Zheng memberitahukan Shao Xi kalau tikus sudah ditangkap di koridor pagi itu jadi dia bisa tenang mulai sekarang. Ya memang, membereskan masalahnya juga salah satu cara mengungkapkan ketertarikanmu. Hanya saja itu membuatku ingin berkata, “tapi… tapi…” Tetapi cara ini sepertinya efektif bagi Shao Xi karena dilihat dirinya memuja memandang Li Zheng yang naik ke kamarnya.   


  


Ru Ping permisi untuk bertemu dengan Xiao Yu karena dia merasa Shao Xi sudah cukup diperhatikan oleh Xiao Ciao. Shao Xi berterima kasih padanya dan menganjurkan untuk mencari Xiao Yu di sekolah karena dia masih harus menyelesaikan tugas laporan. Ru Ping menasihati Shao Xi untuk meninggalkan kenangan SMA-nya kalau dia bertemu dengan pria yang baik di kencan buta. Ru Ping benar sangat memahami Shao Xi. Ru Ping tiba di sekolah dan bertanya lokasi gedung bisnis pada satpam sekolah. Tetapi pas setelah sang satpam menerangkan, Ru Ping melihat Xiao Yu sedang berjalan dengan satu gadis cantik. Tarik napas dalam… Salah paham lagi?! Dan sekarang, bahkan bukan antar pasangan utama. Geram…




Jin Li mengetuk pintu Shao Xi untuk mengajaknya makan bersama. Li Zheng keluar kamar dan memberitahukannya kalau Shao Xi sedang makan malam bersama Xiao Ciao karena dia ingin memperkenalkan seorang pria padanya. Jin Li tidak percaya Li Zheng tidak melakukan apa-apa walaupun tahu ini. Perbedaan pendapat antara kedua lelaki ini ditulis dengan baik. Keduanya berselisih tentang apakah makan malam ini hanyalah makan malam biasa atau sesuatu yang lebih. Benar kelihatan betapa tidak mengertinya Li Zheng dalam hal berkencan dan berhubungan dan juga, betapa berbedanya kedua lelaki ini. Dan ya juga, “pa pa pa”, yang Jin Li gunakan untuk menggambarkan beberapa skenario yang dapat terjadi seusai kencan, adalah kata slang untuk bercinta. Sudut pandang Jin Li memang terlalu berlebihan tetapi sifat Li Zheng yang acuh tak acuh juga terlalu teledor. Di satu sisi, mungkin hal baik Jin Li terlalu berlebihan karena, rupanya berhasil dan membuat Li Zheng mempertimbangkan kembali sikapnya.




Xiao Ciao memperkenalkan temannya, Teddy (cameo Huang Hung Xuan), ke Shao Xi. Teddy adalah replika Li Zheng. Kalau menurut kosa kata pabrik, Li Zheng adalah KW1 dan Teddy adalah KW2. Caranya berpakaian, gerak-geriknya, dan bahkan gaya rambutnya mirip Li Zheng. Shao Xi tercengang melihat Teddy dan dia juga sadar diperhatikan. Teddy bertanya mengapa Shao Xi tajam menatapnya. Shao Xi menjawab itu karena dia sangat mirip dengan “temannya”. Makanan mereka datang dan Xiao Ciao mulai mengambil makanan menggunakan sumpit pribadinya. Teddy terlihat tidak nyaman dan Shao Xi sadar. Shao Xi bertanya apakah Teddy terbiasa menggunakan sumpit bersama untuk mengambil makanan. Dia berkata iya dan Xiao Ciao terkejut karena kenal sudah lama dan sering makan bersama tetapi tidak tahu hal ini. Xiao Ciao memang bisa asyik sendiri di dunianya tetapi lain dari penampilan pertamanya, dia bisa kompromi dan menggunakan kebiasaan sumpit bersama.


  


Jin Li dan Li Zheng datang untuk mengintai para gadis. Mereka membeli minuman dan duduk di sudut tersembunyi. Jin Li langsung memperhatikan kencan buta yang sedang berlangsung dan melaporkan semua kejadian pada Li Zheng. Li Zheng mengabaikannya pertama. Li Zheng, sudahlah jangan berpura-pura. Sudah di sana. Buat apa masih pura-pura tidak peduli. Jin LI mulai melihat ada beberapa kesamaan antara Teddy dan Li Zheng dan menjelaskannya pada Li Zheng. Li Zheng berkata kalau dia terlalu banyak berpikir tetapi Jin Li menantangnya untuk memeriksa sendiri. Li Zheng akhirnya melakukannya. Hahaha… Dan di saat itulah, cemburu datang. Memang sudah waktunya! Sayang tapinya, bukan tetap memperhatikan, Li Zheng malahan kabur. Tarik napas dalam…  


Kembali di meja Xiao Ciao dan Shao Xi, Teddy permisi untuk ke toilet dan meninggalkan meja. Xiao Ciao mendorong agar Shao Xi mengambil kesempatan ini dan mulai berkencan dengan Teddy. Shao Xi tidak yakin karena mereka baru saja kenalan. Xiao Ciao menegur sudut pandangnya yang kolot. Dan tentu saja, Xiao Ciao pergi meninggalkan restauran agar Shao Xi sendirian dengan Teddy.


  


Rupanya, Li Zheng tidak pulang setelah mengintai. Dia pergi ke arena pelemparan untuk melempar bola. Dia pasti merasa tidak nyaman karena dia selalu melakukan ini setiap kali dia tertekan. Dia mulai ingat kembali Shao XI yang berkencan buta dengan Teddy, Shao Xi yang menangis karena Da Mao membocorkan buku hariannya, Shao Xi menangis sewaktu keluar dari bioskop, Shao Xi marah padanya karena membuang sepatunya, dan akhirnya, Shao Xi menyatakan perasaannya dan memintanya untuk berkencan. Li Zheng kena sasaran satu per satu sambil setiap kenangan-kenangan ini terputar di pikirannya tetapi akhirnya dia berhenti sebelum nomor terakhir pas waktu ingat kembali Shao Xi mengajaknya berkencan. Saat Li Zheng mulai sadar benar-benar tersirat jelas di mukanya dan memang sudah waktunya! Dia lari cepat keluar arena menuju balik ke restoran.




Shao Xi pulang ke rumah dengan Teddy dan Teddy memanggil satu taxi. Li Zheng melihat mereka berdua dan berhenti. Apa?! Setelah berlari jauh-jauh dan sekarang kau berhenti? Shao Xi memberitahu Teddy kalau dia bisa pulang sendiri tetapi Teddy bersikeras karena mereka bisa saling mengenal lebih baik dalam perjalanan pulang. Sebelum Shao Xi bisa mengutarakan keputasannya, Jin Li datang merangkul Shao Xi, berterima kasih pada Teddy, dan memberitahunya kalau dia mampu mengantar “pacarnya” pulang. Teddy terlihat terkejut sejenak tetapi dia cepat pulih dan berpamitan. Jin Li menyeret Shao Xi yang mengeluh dan Teddy pulang dengan taxi.




Di jalan, Shao Xi mengikut Jin Li dan bertanya ada apa dengannya. Jin Li terus terang berkata karena dia suka padanya, dia tidak suka melihatnya berhubungan dengan pria lainnya. Jin Li menekankan kalau perasaannya serius. Shao Xi berkata kalau dia tidak pernah menganggap Jin Li sebagai lelucon tetapi dia sudah punya idaman hati. Jin Li berkata kalau dia tahu Shao Xi suka pada Li Zheng tapi memang kenapa. Dia tidak keberatan. Dia juga jujur memberitahu perihal teman game yang Shao Xi telah menceritakan perasaannya. Kalau sebenarnya temannya itu bukanlah seorang gadis dan sebenarnya, teman itu adalah dia. Dia berkata perasaannya untuk Shao Xi pelan-pelan tumbuh sejak percakapan mereka di game itu. Dia bertanya kalau dia ingin bertemu pria lain untuk melupakan Li Zheng, kenapa itu bukan dia. Tarik napas panjang… Aku benar kasihan. Sang penulis memang terlalu kejam pada Jin Li.
Komentar


Kalau aku harus menyimpulkan episode ini: kecewa besar. Bagaimana bisa Li Zheng membeku di saat terakhir?




Cerita drama ini sudah lama berputar-putar beberapa episode dan tidak ada satupun yang berubah. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ada kemajuan. Tarik napas dalam… Episode ini benar-benar buang waktu. Alur cerita bintang tamu Alice Ke sangat tidak penting sekali. Sepertinya perannya adalah sebagai katalisator di pertikaian antara Jin Pai dan Shao Xi. Tetapi yang benar saja, pihak antagonis Jin Pai terlalu lemah untuk dianggap lebih dari gangguan ringan. Mereka tidak benar-benar menciptakan konflik yang seru. Jujur, aku kurang puas dengan alur cerita antagonis ini. Kurang ingin melempar sandal ke TV. Kalau cerita Jin Pai lebih kuat, aku rasa bisa menambahkan satu lapisan keran dan relevansi ke cerita ini. Alice Ke adalah aktris yang baik juga; ceritanya dia di sini bahkan bisa mengundang satu atau dua tangisan, tetapi sayang sekali bintang tamu disia-siakan. Penampilannya tidak mendorong cerita dan malahan merupakan pengisi kosong di cerita yang memang alurnya sudah melamban.


Ke episode berikutnya, aku penasaran pengisi kosong apa lagi yang akan dilemparkan pada kita?


0 komentar:

Posting Komentar