Sabtu, 21 Oktober 2017

[RECAP/ IND] 稍息立正我愛你 (Attention, Love!) Ep. 12


Shao Xi keluar kamarnya satu pagi. Dia melihat kamar Jin Li dan teringat pengakuannya malam sebelumnya. Jin Li memberitahunya untuk perlahan-lahan memikirkan jawabannya dan dia rela menunggunya. Saat itu, Li Zheng keluar dari kamarnya untuk pergi ke sekolah. Dia bertanya apakah dia juga sedang menuju sekolah dan ketika dia menjawab ya, dia menyarankan agar mereka pergi bersama. Tarik napas panjang… Penulis yang terhormat, memang Li Zheng adalah pemeran utama tetapi tidak harus menekankannya sampai begitu. Setidaknya, beri Jin Li kesempatan dan biarkan Shao Xi dengan hati-hati merenungkan pernyatannya.




Dalam perjalanan, Shao Xi berhenti di sebuah pedagang jalanan yang menjual pernak-pernik kecil. Dia meminta untuk melihat satu kalung. Merasa menarik, Shao Xi tanya harganya. Penjual tersebut mengutip harga tinggi sebanyak NT $ 1200 (sekitar Rp.500,000) dan mengatakan bahwa dia akan memberi gantungan kunci gratis sebagai hadiah. Shao Xi memutuskan untuk tidak membelinya dan ingin mengembalikan ke tempatnya. Tapi Li Zheng menghentikannya dan meminta penjual untuk mengemasnya. Shao Xi membisikkan tidak perlu karena mahal dan dia tidak begitu menyukainya. Li Zheng mengatakan bahwa dia tidak pernah mengatakan akan menghadiahkan kalung itu kepadanya. Dia menginstruksikan penjual untuk mengemasnya dengan baik. Sesuai janji, penjual memberi gantungan kunci pada Li Zheng. Shao Xi tertegun. Dia bertanya untuk siapa kalungnya? Li Zheng merahasiakannya. Shao Xi mengeluh karena jelas itu adalah hadiah untuk seorang gadis. Li Zheng tersenyum nakal dan menawarkan gantungan kunci yang gratis. Shao Xi melihatnya dan menolaknya. Dia meninggalkan Li Zheng dan pergi terlebih dahulu. Li Zheng menunggu kalung itu dan berterima kasih pada si penjual. Dia terus tersenyum main-main di belakang Shao Xi.




Dalam perjalanan ke kelasnya, Shao Xi bertemu dengan Jin Li. Dia ingin berbalik tapi Jin Li menghentikannya. Jin Li bertanya mengapa dia menghindarinya. Jin Li menyuruhnya untuk tidak menghindar karena jika iya, dia akan merasa kalau pengakuan dirinya mengganggunya. Shao Xi mengaku kalau dia tidak yakin bagaimana berperilaku. Jin Li menyuruhnya untuk biasa saja memperlakukannya: sebagai senior yang ditugaskan. Sampai dia siap memberikan jawabannya, dia akan terus mengurus dan memperlakukannya dengan baik. Dia hanya meminta agar tidak dihindari. Mereka berdua bersepakat.


Shao Xi dan Jin Li berjalan bersama menuju kelas. Shao Xi bertanya mengapa dia berpura-pura menjadi seorang gadis di game. Jin Li mengaku sebenarnya punya identitas lain. Dia menyebutkan namanya dan Shao Xi sadar kalau Jin Li adalah pemain yang selalu menghinanya di game. Jin Li membela diri dan mengatakan kalau dia hanya memberi masukan yang membangun. Hahaha.... Dia penasaran betapa mahirnya dia bermain, sehingga dia menciptakan alias lain. Ketika mereka bertemu di kencan buta, barulah dia sadar siapa itu sasarannya. Shao Xi menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau hubungan naas mereka sebenarnya sudah mulai lama. Tarik napas panjang ... Lagi-lagi, penulis, mengapa tidak adil?




Shao Xi sedang memikirkan kejadian kalung tadi dan bertanya-tanya untuk siapa kalung itu. Menggoda dan bersenang-senang semua oke tapi jika itu menyebabkan gejolak salah paham yang panjang, hmmm... Tiba-tiba, Bai Bai memanggilnya. Duh... aku merasa akan ada kesalahpahaman lagi. Bai Bai mengatakan kepadanya kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya dan dia bercanda meminta hadiah dari Li Zheng. Dia terkejut, tapi sangat senang, karena Li Zheng mempersiapkan hadiah untuknya. Dia bertanya pada Shao Xi apakah dia ingin melihat hadiahnya. Dia ingin mengeluarkannya tapi Shao Xi berkata tidak perlu karena dialah yang membantu memilih hadiah ini. Aduh… Lihat saja! Cape deh salah paham terus. Li Zheng sebenarnya memberinya gantungan kunci jelek tapi Shao Xi berasumsi bahwa dia memberinya kalung itu. Bai Bai berterimakasih karena dia sangat menyukai hadiahnya. Hahaha... Cinta itu memang buta. Gantungan kuncinya jelek sekali. Bai Bai balik berkata kalau dia ingin memberikan hadiah balasan.




Li Zheng sedang duduk di kamarnya sambil mengagumi kotak berisi kalung yang disukai Shao Xi. Dia mendengar ketukan di pintunya dan merasakan bahwa itu adalah Shao Xi. Dia membuka pintu dan siap mempersembahkan hadiah. Tapi dia berhenti saat melihat Bai Bai ada di sisi Shao Xi. Bai Bai menyambut Li Zheng dengan ceria dan memberinya hadiah. Li Zheng segera menyembunyikan kotak hadiah itu dan bertanya apa yang dihadiahkan Bai Bai. Bai Bai meminta bantuan Shao Xi untuk menjelaskannya. Aduh... Aku mulai membenci karakter Bai Bai ini. Dia kalkulatif dan licik. Shao Xi menjelaskan kalau itu adalah balasan hadiah ulang tahun yang diberikan Li Zheng untuknya. Li Zheng mengambil tas itu dan tampak bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tentu saja, seharusnya begitu. Sulit sekali menjadi Li Zheng saat ini karena dia harus melihat Shao Xi, gadis idamannya, berperan seperti mak comblang untuknya dan Bai Bai. Bai Bai mengundangnya untuk membuka bingkisan karena Shao Xi berkata kalau dia pasti menyukainya. Dia melakukan itu dan mengeluarkan sepasang headphone. Tarik napas panjang... Jelas, ini berdasarkan rekomendasi Shao Xi yang tahu persis berapa seringnya Li Zheng mendengarkan musik di waktu senggangnya. Li Zheng menatap Shao Xi dengan sangat tidak nyaman dan kemudian, dia mengucapkan terima kasih pada Bai Bai. Shao Xi permisi ke kamarnya dan Bai Bai berterima kasih pada Shao Xi. AKHIRNYA! Aku bahkan tidak akan menemani Bai Bai jika aku adalah Shao Xi. Li Zheng mengantar Bai Bai pulang dan keduanya pergi. Shao Xi masuk ke dalam kamarnya dengan putus asa.




Li Zheng berada di atap sambil melihat kotak kalung itu. Dia turun dan berpapasan dengan Jin Li yang sedang naik. Jin Li mengaku bahwa dia telah menyatakan perasaannya pada Shao Xi dan dalam dua minggu di perkemahan mahasiswa tingkat pertama, dia akan menanyakan tanggapannya. Li Zheng berkata kalau Jin Li tidak perlu mengumumkannya. Li Zheng menambahkan kalau Jin Li akan menyesal telah memberitahunya. Setuju sekali! Jin Li sama sekali tidak perlu berbagi dengan Li Zheng karena mereka bukan teman. Ini seperti memberitahu lawanmu untuk bersiap karena akan diserang. Tarik napas dalam...




Akhirnya hari perkemahan tiba, Jin Li, Ah Ke, dan Xiao Jian menangani masalah pendaftaran. Tiba-tiba mahasiswa dari Jurusan Bahasa Asing Terapan, departemen Li Zheng, datang menyiapkan meja tepat di samping mereka. Jin Li bertanya apakah Departemen Bahasa Terapan Terapan juga berkemah di hari yang sama. Teman-temannya menjawab ya dan itu semua kesalahan Jin Li karena tidak muncul di pertemuan sehingga dia tahu kejadian-kejadian di sekolah. Rupanya, perkemahan Bahasa Asing Terapan tertunda karena topan. Jadi junior dari departemen itu, maksudnya, Li Zheng, menyarankan dan mendapat persetujuan kedua departemen untuk berkemah bersama. Dia bahkan mengatur semua pemesanan perkemahan. Jin Li curiga bertanya-tanya siapa "junior" itu. Dan pas selagi dia berpikir, dia melihat Li Zheng tersenyum dengan licik. Nah, dia memang sudah memperingatkan kalau Jin Li pasti menyesal telah memberitahukan niatnya.




Xiao Ciao tiba dengan mobil sport kuningnya. Aku benar-benar terkejut mobil itu masih utuh. Dia melihat bis yang akan membawa semua ke tempat perkemahan dan memutuskan akan menyetir sendiri. Shao Xi mengingatkannya kalau lokasinya jauh dan dia akan menyesal menyetir sendiri. Tapi Xiao Ciao tidak mendengarkan dan langsung pergi. Shao Xi naik bis dan mulai mencari tempat duduk kosong. Dia melihat Li Zheng dan Jin Li duduk sendirian. Dia berpikir dan nampaknya hendak duduk di sisi Li Zheng. Tapi tengah jalan, Jin Li menangkap dan menyeretnya duduk di sampingnya. Bai Bai datang berikutnya. Dia melihat Li Zheng duduk sendirian dan segera menuju kursi kosong di sisinya. Dia bertanya apakah dia bisa duduk di sana dan Li Zheng dengan enggan memindahkan tasnya untuk memberi tempat. Shao Xi melirik Li Zheng tapi cepat-cepat memalingkan pandangannya saat ketahuan.



Di tempat berkemah, game pertama melepaskan label nama dimulai. Tim yang berhasil mengupas semua label nama-nama tim lawan dianggap sebagai pemenang. Permainan berlangsung seru dan yang berdiri terakhir adalah Jin Li dan Li Zheng. Keduanya berhasil mengambil label masing-masing pada saat bersamaan. Jin Li bersorak gembira tapi Li Zheng berdiri marah. Shao Xi terlihat khawatir menatap Li Zheng.




Xiao Ciao akhirnya tiba dan dia mencari Shao Xi yang sedang membersihkan beberapa sayuran. Shao Xi bertanya mengapa dia terlambat datang. Xiao Ciao mengakui bahwa tempat ini sangat sulit ditemukan. Dia juga mengatakan bahwa dia lapar dan apakah ada makanan untuknya. Shao Xi menawarkan sepotong paprika hijau namun Xiao Ciao tidak tertarik. Shao Xi menghiburnya bahwa akan ada makanan segera dan Xiao Ciao menawarkan bantuan. Tapi Shao Xi tidak menerima tawarannya karena dia bahkan tidak pernah mencuci sayuran sebelumnya. Hahaha... Memang seharusnya aku membenci Xiao Ciao yang manja tapi dia terlalu imut untuk dibenci.




Bai Bai juga mencuci sayuran dan bertanya apakah Li Zheng punya pacar. Shao Xi tertegun pada awalnya tapi kemudian, dia menjawab bahwa dia tidak tahu pasti. Shao Xi tidak merasa Li Zheng punya kekasih karena jika iya, pasti Li Zheng akan memberitahunya. Bai Bai kemudian memutuskan bahwa dia akan mengaku malam ini di api unggun. Xiao Ciao dengan acuh tak acuh menanyakan siapa dirinya dan apakah mereka cukup dekat untuk bisa berbagi informasi semacam itu. Bai Bai tidak memperdulikan dan terus menjelaskan bahwa itu adalah tradisi universitas untuk menyatakan perasaan pada malam api anggun. Xiao Ciao mendapat ide. Shao Xi hanya diam berdiri di sana dan tidak yakin apa yang harus dilakukannya saat Bai Bai terus menjelaskan kalau dia merasa dekat dengan Shao Xi dan ingin bantuannya karena dia adalah teman baiknya Li Zheng. Hmmm... Dasar ular!


Li Zheng sedang duduk di meja bersama teman-temannya. Bai Bai datang untuk menambahkan makanan ke meja. Salah satu teman mereka berkomentar kalau Li Zheng tidak makan. Dia hanya tersenyum lembut. Bai Bai mengambil semangkuk makanan dan menyajikannya ke Li Zheng. Li Zheng berterimakasih tapi mengatakan bahwa dia tidak makan makanan yang diambil oleh sumpit orang lain. Ya, beritahu dia Li Zheng! Gadis ini perlu diletakkan di tempatnya. Li Zheng kemudian meninggalkan meja makan. Shao Xi melihat Li Zheng berjalan pergi dan mulai khawatir. Shao Xi meraih sepotong roti dan mengikutinya. Shao Xi benar-benar mengenal Li Zheng dengan baik. Memang perlu diakui keunggulan keluarga. Xiao Ciao berteriak memanggil Shao Xi dan dengan secara tidak langsung, memberi tahu Jin Li. Ah, suka duka cinta lima persegi.




Shao Xi mendekati Li Zheng yang sedang duduk sendirian dan memberinya sepotong roti. Dia bertanya mengapa dia ikut berpartisipasi kalau sudah tahu tidak suka makan bersama orang lain. Li Zheng teringat akan Jin Li yang akan meminta jawaban Shao Xi atas pengakuannya. Dia sepertinya diam-diam mengkhawatirkan hal ini tetapi justru Shao Xi salah paham dan mengira dia ikut untuk Bai Bai. Cape dech… Li Zheng tidak menjawab apa-apa tapi dia terkejut menatap Shao Xi. Dia terus berkata tentang Li Zheng yang memberikan hadiah padanya, selalu membiarkannya berada di sisinya, dan baru-baru ini, bahkan menyimpan tempat untuknya di bis. Semakin banyak Shao Xi merincikan pemikirannya, semakin kaget Li Zheng terlihat. Shao Xi menyimpulkan kalau Li Zheng tidak pernah memperlakukan seorang gadis sebaik Bai Bai sebelumnya jadi dia pasti sangat menyukainya. Shao Xi menambahkan kalau Li Zheng tidak setia kawan karena sebagai teman baik, dia tidak pernah bercerita apa-apa. Dia bertanya apakah dia tidak bercerita karena khawatir menyinggung perasaan Shao Xi. Dia meyakinkannya kalau itu semua adalah masalah SMA. Shao Xi tidak menyukai Li Zheng lagi.




Li Zheng mulai terlihat marah. Dia berdiri dan bertanya apakah Shao Xi suka pada Jin Li sekarang. Sekarang giliran Li Zheng salah berkesimpulan: kalau Shao Xi suka pada Jin Li dan tidak berniat membagi perasaannya sampai dia sudah berkencan dengan Jin Li. Aku benci semua kesalahpahaman ini. Shao Xi bertanya mengapa dia bersikap galak. Shao Xi membenarkan kalau Jin Li mengajaknya berkencan tapi itu bukan urusannya. Li Zheng dengan tajam bertanya padanya apakah Shao Xi benar-benar tidak pernah goyah karena Jin Li. Li Zheng menyinggung saat Jin Li memeluknya di depan gedung. Dia berpendapat kalau dia tidak mengatakan apa-apa, pastinya Shao Xi akan terus membiarkan Jin Li memeluknya. Li Zheng bertanya padanya apa artinya itu.




Shao Xi bertanya atas dasar apa dia meminta penjelasan. Apakah sebagai teman, keluarga, atau... Li Zheng membuang muka dan hanya menyuruhnya untuk tidak jatuh cinta dengan Jin Li karena dia tidak cukup baik untuknya. Kenapa sih tidak langsung saja berkata kalau kau menginginkannya dan suka padanya?! Kau tidak berhak mengatakan apa-apa kalau belum meresmikan hubungan. Tunggu apa lagi? Sedikit aneh memang kalau dipikir kenapa semuanya tiba-tiba lupa kalau mereka itu sudah tunangan. Li Zheng kembali memasukkan dirinya di zona pertemanan: dia berkata sebagai teman, dia tidak ingin melihat Shao Xi terluka. Shao Xi akhirnya menegaskan perasaannya untuk Jin Li; apakah dia suka padanya atau tidak, itu bukan urusan Li Zheng. Rasakan! Akhirnya, Li Zheng sekarang bertanya-tanya apakah dirinya sudah terlambat. Teruslah menunda-nunda. Nantinya gadismu akan lari ke perlukan yang lain.


  


Api unggun yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Atau juga bisa dikenal sebagai duka cinta lima persegi: Bai Bai mendekati Li Zheng, Li Zheng menuju ke Shao Xi, Xiao Ciao bergerak menuju Jin Li, dan Jin Li tentu saja, langsung menuju ke Shao Xi. Kedua anak laki-laki itu mengulurkan tangan mereka untuk mengundang Shao Xi menari bersama. Dan seperti biasa yang terjadi di perkara seperti ini, tidak ada yang lolos dari masalah ini bahagia. Shao Xi akhirnya tidak memilih dan langsung menuju pada Xiao Yu. Jin Li sebentar menari dengan Xiao Ciao namun berhenti mengikuti Shao Xi yang mengikuti Bai Bai mengikuti Li Zheng. Xiao Yu dan Xiao Ciao terdiam di lantai dansa.


  


Shao Xi mengikuti Li Zheng dan Bai Bai ke daerah kamar-kamar dan melihat pengakuan Bai Bai. Dia kabur setelah melihat Bai Bai memeluk Li Zheng. Bai Bai mulai bermain jahat di sini. Mengapa dia memeluk Li Zheng sebenarnya karena dia tahu jelas kalau Shao Xi sedang mengintip. Shao Xi pergi untuk menghibur dirinya sendiri. Dia terus mengingatkan dirinya untuk berbahagia bagi sahabatnya. Tapi dia sadar kalau dirinya belum siap menghadapi ini. Tarik napas dalam... Kapan sih ini akan berakhir? Kalau saja Shao Xi mengintip satu setengah menit lebih lama, dia akan melihat Li Zheng menolak pengakuan Bai Bai dan berjalan menjauh darinya.




Shao Xi berlari kembali ke daerah kamar-kamar untuk mencari Li Zheng tapi dia tidak melihatnya. Jin Li datang untuk menghiburnya. Awalnya, Shao Xi membuang muka tapi Jin Li memeluknya. Dia berkata kalau dia tidak akan membiarkannya menangis sendirian atau melarikan diri setiap kali dia ingin menghiburnya. Mereka pergi ke sudut perkemahan yang lain dan Jin Li mengaku kalau pada awalnya dia ingin menagih jawaban dari pernyatannya. Tapi sekarang, dia berubah pikiran dan memutuskan untuk berperan sebagai teman. Jin Li bertanya kalau Shao Xi masih menyukai Li Zheng, mengapa dia menolak ajakannya untuk menari? Kenapa dia tidak tahu kalau Li Zheng juga menyukainya? Memang benar-benar aneh mengapa sang penulis membuat Li Zheng dan Shao Xi begitu tidak sadar.


Xiao Yu melihat foto Ru Ping di ponselnya saat seorang gadis meminta untuk duduk di sampingnya. Dia bertanya apakah Xiao Yu tertarik untuk berkencan dengannya karena dia tertarik padanya. Xiao Yu menatapnya dengan tak percaya.




Ah Ke dan Xiao Jian berbelanja di toko terdekat untuk melangsungkan satu pesta rahasia di ruang dewan murid. Mereka mengundang Shao Xi untuk bergabung dengan mereka. Di pesta tersebut, empat dari lima karakter cinta lima persegi muncul: Jin Li, Shao Xi, Bai Bai, dan Li Zheng. Li Zheng mendengar rencana Ah Ke dan Xiao Jian yang ingin membuat Shao Xi mabuk supaya dirinya setuju berkencan dengan Jin Li. Ini sangat tidak oke! Untung Li Zheng mendengar ini jadi ketika rencananya mulai bergulir, dia mengacaukan rencana dan menjadi ksatria hitamnya (yaitu, orang yang menggantikan menerima hukuman dari satu permainan, biasanya hukumannya adalah minum minuman keras). Li Zheng memang tidak bisa minum, dan tentu saja, dia menjadi mabuk. Dan saat dia mabuk, Li Zheng gila muncul. Dia meraih kerah Ah Ke dan membantingnya ke pintu. Shao Xi datang menenangkan masalah dan adegan akrab antara Shao Xi dan Li Zheng berlangsung. Ini jelas membangkitkan kecemburuan Bai Bai dan Jin Li.




Ru Ping sedang bersantai di kamarnya saat menerima telepon dari Xiao Yu. Dia berkata kalau tempat berkemah mereka dekat sekolahnya jadi dia ingin datang berkunjung. Dia mempersembahkan sebuah karangan bunga dan mengaku kalau dia baru saja menerima satu pengakuan cinta tapi selama pengakuan itu berlangsung, yang dia pikirkan hanyalah Ru Ping. Dia berkata kalau dia sangat menyukainya, akan terus suka padanya, dan langsung berangkat pulang. Hahaha... Oke, dia pantas mendapat ciuman setelah pengakuan seperti itu. Xiao Yu berbalik dan berjalan dengan sengaja menuju Ru Ping; mendorongnya ke sebuah pilar. Tapi ini hanyalah komedi anticlimax! Dia terlihat mencondongkan tubuh untuk mencium, tapi akhirnya dia hanya bertanya apakah Ru Ping bisa meminjamkan uang karena dia lupa membawa dompet. Hahaha... Ru Ping tepat sekali mengusirnya.




Di satu ruangan, Shao Xi memasukkan Li Zheng ke tempat tidur. Dia berniat meninggalkannya tapi kemudian Li Zheng meraih tangannya. Yipeee... Dia menyuruhnya untuk tidak pergi, menyatakan perasaannya, dan menciumnya. Akhirnya! Aku hanya berharap mereka tidak menjadi clueless lagi keesokan harinya dan melupakan ciuman ini. Li Zheng terbangun dan melihat Bai Bai. Bai Bai bohong dan berkata kalau dialah yang menenangkan Li Zheng dan membawanya ke ranjang. Dia bahkan mengklaim kalau Li Zheng menyatakan perasaannya dan menciumnya. Bai Bai bertanya apakah pernyataan dia benar-benar tulus. Li Zheng menjadi bingung karena dia ingat dengan jelas kalau Shao Xi-lah yang melakukan itu  semua. Tapi anehnya, Li Zheng malah menarik leher Bai Bai dan mendekatinya. Shao Xi masuk pas saat Li Zheng sedang melakukan itu dan langsung bergegas keluar dengan kecewa. Jadi tentu saja, dia tidak melihat Li Zheng yang melepaskan Bai Bai dan tidak menciumnya. Dan kesalahpahaman terus berlanjut. Shao Xi berlari menuju kamarnya sambil menangis terisak-isak. Duh, kemana sih Zhong Ke yang keren itu?! Sebagai tunangannya, Shao Xi berhak dan seharusnya menegur Li Zheng!


  


Keesokan paginya, Shao Xi duduk untuk sarapan bersama Jin Li. Jin Li mengilas balik saat dia melihat Li Zheng dan Shao Xi ciuman. Jin Li melihat Shao Xi bermata bengkak dan bertanya apa yang terjadi. Xiao Ciao duduk di antara mereka dan menghentikan pembicaraan. Ketiga sekawan ini duduk terdiam. Li Zheng masuk ke ruang makan, Bai Bai melihatnya dan mengucapkan selamat pagi. Li Zheng mengabaikannya dan langsung pergi menuju Shao Xi. Dia memanggil Shao Xi tapi Bai Bai memotong sambil bertanya kemana Shao Xi pergi kemarin malam setelah berkata akan sama-sama mengurus Li Zheng. Shao Xi teringat lagi kejadian hampir ciumannya Li Zheng dan Bai Bai dan menjadi tertekan lagi. Shao Xi dengan ketus menjawab kalau dia rasa Bai Bai-lah yang lebih cocok untuk merawat Li Zheng jadi dia tidak ingin mengganggu. Baik Jin Li dan Li Zheng bingung dengan jawabannya.


  


Shao Xi duduk di bus dan Bai Bai masuk untuk menanyakan apakah dia bisa duduk di sampingnya. Shao Xi mempersilahkannya dan dia duduk. Dia berterima kasih pada Shao Xi karena telah menciptakan kesempatan baginya. Dia mengaku tadi malam, Li Zheng telah menyatakan perasaannya dan menciumnya. Dasar licik! Dia bahkan bertanya kepada Shao Xi, sebagai teman dekatnya, apakah Li Zheng benar-benar memiliki perasaan untuknya karena telah mengaku dan menciumnya. Hmmm... Datanglah Xiao Ciao, dia menunggu di samping sambil mendengar Shao Xi yang dengan pahit mengaku kalau dia tidak pernah melihat Li Zheng jatuh cinta atau berkencan sebelumnya, jadi jika dia benar menciumnya, berarti artinya dia menyukainya. Xiao Ciao lalu dengan kasar bertanya apakah Bai Bai sudah selesai berbicara, menjambak rambutnya dan menariknya keluar dari tempat duduk. Xiao Ciao memang keren! Dia berkata kalau kursi di samping Shao Xi adalah miliknya dan langsung duduk di kursi yang sekarang kosong. Bagus! Tapi tentu saja, Bai Bai masih pura-pura menjadi gadis yang baik dan berterima kasih pada Shao Xi yang telah memperjelas masalah. Xiao Ciao mengingatkan Shao Xi agar tidak menangis karena jelas Bai Bai sedang mempermainkannya. Nah, itulah teman sejati yang setia. Xiao Ciao benar-benar sudah menjadi salah satu karakter favorit di drama ini. Dia sangat keren.




Mereka akhirnya kembali ke sekolah. Li Zheng menunggu di luar bus untuk mencegat Shao Xi. Shao Xi melihatnya tapi langsung belok untuk menghindarnya. Li Zheng menangkap tangan Shao Xi dan berkata kalau dia ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Xiao Ciao sadar kalau Shao Xi sedang enggan berbicara jadi dia langsung mengusir Li Zheng. Dia berkata kalau Shao Xi tidak ada kata-kata untuknya. Dia juga menasihatinya untuk memeriksa mata karena penglihatannya bermasalah. Hahaha... Aku cinta karakter ini. Dia kemudian langsung menarik Shao Xi pergi.




Bai Bai datang menghampiri dan berkata kalau dia ketinggalan anting di kamar Li Zheng. Dia beralasan kalau itu adalah hadiah berharga dari ibunya. Tarik napas dalam... Dia bertanya apakah dia bisa mampir untuk mencarinya. Shao Xi dan Xiao Ciao pulang bersama. Xiao Ciao marah padanya karena Shao Xi tidak pernah menceritakan perasaannya untuk Li Zheng. Masih murung, Shao Xi meminta agar mereka tidak membicarakan Li Zheng lagi. Kedua gadis itu lalu berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Jin Li juga dalam perjalanan pulang dan dia melihat Shao Xi pulang sendirian.




Bai Bai dan Li Zheng jalan bersama dan Bai Bai mengumumkan meskipun dia ditolak kemarin, dia tidak ingin menyerah. Li Zheng menekankan kalau jawabannya tidak berubah. Bai Bai lalu bertanya mengapa saat dia berkata mereka berciuman kemarin, Li Zheng mendekat. Li Zheng menjelaskan bahwa dia hanya ingin memastikan perasaannya. Dia menegaskan kalau dia benci bersentuhan dengan orang lain. Satu-satunya orang yang bisa merawatnya dan tidak akan dia usir hanyalah Shao Xi. Dia juga membongkar kebohongannya dan berkata kalau dirinya sadar Shao Xi-lah yang dia cium. Bai Bai lalu bertanya mengapa dia membiarkannya berada di sisinya dan memberinya hadiah jika dia tidak menyukainya. Hmmm ... Dia tidak mengizinkanmu berada di sampingnya, kalian berdua berada di kelompok studi yang sama. Dan siapa yang menganggap gantungan kunci jelek itu hadiah?! Li Zheng bahkan tidak menjelaskan dan hanya membuang muka. Bai Bai dengan ketus menyimpulkan bahwa itu pasti untuk membuat Shao Xi cemburu. Bai Bai melihat Shao Xi dan Jin Li pulang bersama jadi langsung dia menarik Li Zheng dan mencium pipinya. Tarik napas dalam…
Komentar


Ada yang menarik tentang perkembangan romantis yang lambat. Beberapa drama favoritku menonjolkan alur cerita tarik ulur yang tidak mudah untuk karakter utama dan juga untuk para penonton. Niat romantis untuk pasangan utama itu terang-terangan ada tapi ada sesuatu yang halus yang menarik perhatian masokis dalam diriku sehingga aku rela menderita berminggu-minggu sambil bertanya kapan ya atau iya kah? Kebanyakan, aku melahap semua ini karena memang kecanduan akan perasaan tersipu dan deg deg-an yang didapat dari sentuhan sederhana, senggolan, atau pandangan sekilas. Persis seperti saat Li Zheng mengambil dan menahan tangan Shao Xi saat mabuk, sebelum dia menyatakan perasaannya dan mencium Shao Xi. Wah, kupu-kupu sekali! Lebih suka lagi saat bisa masuk ke jiwa karakter dan mulai mempertanyakan apakah dia suka padaku atau tidak. Salah menanggapi satu interaksi, bercumbu-cumbuan, dan bolak-balik dari teman ke kekasih. Wah... Kecanduanku! Tapi walaupun begitu, aku masih menuntut drama yang kutonton untuk mendorong alur ceritanya. Satu aspek yang drama satu ini terlalu remehkan.




Untungnya sepertinya sudah membaik di episode ini. Sepertinya episode ini sangat penting (aku harap ya!). Episode ini sebenarnya menampilkan satu perkembangan antara Li Zheng dan Shao Xi. Memang lebih seperti perpisahan daripada pendekatan. Tapi setidaknya ini adalah sebuah perkembangan. Seperti kata pepatah: "dua langkah maju satu langkah mundur".


Aku masih merawat luka hatiku karena pengembangan karakter Shao Xi. Aku kesal sekali melihat Zhong Ke yang keren sekarang jadi cengeng. Aku masih mendambakan seorang karakter drama wanita yang bisa kukagumi. Mungkin dia akan kembali membaik pada akhirnya. Tapi untuk saat ini, setidaknya aku masih punya Xiao Ciao. Dan oh, betapa cabe rawitnya dia!

0 komentar:

Posting Komentar